Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

3 Jenis Rokok Elektrik dan Bahayanya bagi Saluran Pernapasan

Kompas.com - 27/03/2020, 10:01 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

KOMPAS.com – Rokok elektrik yang baru tren di kalangan anak muda sekarang ternyata pernah ada sejak 57 tahun yang lalu.

Komnas Pengendian Tembakau mencatat awal mula rokok elektrik atau rokok elektronik bisa dilacak dari Herbert A. Gilbert yang pada 1963 membuat paten “a smokeless non-tobacco cigarette”.

Kemudian, perusahan farmasi Hon Lik dari China dketahui pernah membuat rokok elektrik pada 2003.

Baca juga: Benarkah Rokok Elektrik Tak Berbahaya bagi Perokok Pasif?

Produk mereka dipatenkan pada 2004 dan menyebar ke seluruh dunia dengan bebagai merek.

Manajer Komunikasi Komnas Pengendalian Tembakau, Nina Samidi, mengungkapkan rokok elektrik awalnya digunakan sebagai alat bantu berhenti merokok, namun saat ini sudah tidak direkomendasikan lagi oleh Organsiasi Kesehatan Dunia (WHO) maupun Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat atau Food and Drug Administration (FDA).

Pasalnya, rokok elektrik sekarang cenderung dimanfaatkan bukan untuk berhenti merokok lagi.

WHO pada saat konferensi WHO Framework Convention on Tobacco Control pada 2014, menyatakan bahwa tidak ada cukup bukti untuk menyatakan rokok elektronik dapat membantu seseorang untuk berhenti merokok.

Rokok elektrik melainkan tidak konsisten dalam meningkatkan keberhasilan berhenti merokok.

Penggunaan rokok elektrik yang ada malah bisa menyebabkan kecanduan karena kandungan nikotinnya.

Nina menyatakan sekarang nikotin adalah “isi wajib” pada rokok elektrik karena nikotin adalah jualan utamanya. Tujuan pemberian nikotin itu tidak lain untuk membuat konsumen ketagihan.

“Rokok elektrik sama sekali bukan alat untuk membantu berhenti merokok dan sama sekali tidak harmless atau kurang berbahaya,” jelas Nina belum lama ini.

Jenis rokok elektrik

Menurut Nina, setidaknya ada tiga jenis rokok elektrik yang saat ini telah beredar di pasaran.

Berikut jenis-jenisnya:

  1. ENDS (Electronic nicotine delivery system), yakni perangkat elektronik untuk memanaskan cairan bernikotin
  2. ENNDS (Electronic non-nicotine delivery system), yakni perangkat elektronik untuk memanaskan cairan non-nikotin
  3. HTP (Heated Tobacco Products) yang bentuknya seperti rokok biasa, dipanaskan pakai alat

Nina menjelaskan, apapun jenisnya, semua rokok elektrik punya komponen dasar yang sama, yakni terdiri dari tiga bagian berupa:

  • Baterai
  • Atomizer (bagian yang memanaskan dan menguapkan nikotin)
  • Catridge (berisi larutan nikotin)

Baca juga: 5 Bahaya Nikotin dalam Rokok Elektrik

Bahaya rokok elektrik

Nina juga menerangkan soal komponen dasar yang terkandung di dalam cairan rokok elektrik atau bisa disebut sebagai e-liquid.

Setidaknya ada 4 bahan dasar, yakni:

  • Flavoring
  • Nikotin
  • Vegetable glycerin (gliserin nabati)
  • Propylene glycol (propilen glikol)

Menurut dia, gliserin nabati dan propilen glikol adalah dua bahan dasar yang berperan sebagai pembawa atau pengunci nikotin dan rasa dalam suspense sehingga para pengguna rokok elektrik dapat menghasilkan asap tebal saat menghembuskan napas.

Keduanya dianggap tidak beracun ketika dikirim secara oral, tetap uap rokok elektrik atau aerosol terhirup sehingga berisiko pada saluran pernapasan.

Tepatnya, glikol dan gliserin dapat menyebabkan iritasi saluran napas dan paru.

Beberapa risiko penyakit yang menyertai, di antaranya:

  1. Meningkatkan gejala penyakit pernapasan
  2. Meningkatkan risiko asma
  3. Menjadi faktor risiko pneumotoraks
  4. Meningkatkan risiko terjadinya iffuse alveolar hemorrhage
  5. Berhubungan dengan berbagai tipe pneumonitis

Melansir Kompas.com (23/3/2020), Dokter Spesialis Paru RSUD Dr. Moewardi Surakarta, Dr. dr. Yusup Subagio Sutanto, Sp.P (K), FISR, menyebut beberapa penelitian telah menggkapkan bahwa rata-rata rokok elektrik sekarang mengandung pula zat-zat berbahaya bagi kesehatan yang dapat menyebabkan kematian.

Baca juga: Dokter: Rokok Elektrik Bisa Lebih Berbahaya Ketimbang Rokok Tembakau

 

"Untuk penggunaan rokok elektrik sebaiknya setop, jangan dipakai lagi, efek jeleknya sama saja dengan rokok kretek atau rokok filter," jelas Yusup saat diwawancara Kompas.com, Minggu (22/3/2020).

Bahkan, kata dia, beberapa riset telah mengungkap rokok elektrik lebih berbahaya ketimbang rokok konvensional.

"Rokok elektrik juga merupakan pemicu kanker, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) dan penyakit jantung," kata Yusup.

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya
Prevalensi Anemia Defisiensi Besi pada Anak Tinggi, IDAI Sebut Ini Efeknya…
Prevalensi Anemia Defisiensi Besi pada Anak Tinggi, IDAI Sebut Ini Efeknya…
Health
Pengobatan Penyakit Sel Sabit: Ada Obat Harian dan Terapi Gen
Pengobatan Penyakit Sel Sabit: Ada Obat Harian dan Terapi Gen
Health
Hari Sel Sabit Sedunia: Kenali Gejala Awal dan Tanda Darurat Penyakit Sel Sabit
Hari Sel Sabit Sedunia: Kenali Gejala Awal dan Tanda Darurat Penyakit Sel Sabit
Health
Dokter Peringatkan Kurang Tidur Bisa Sebabkan Hipertensi
Dokter Peringatkan Kurang Tidur Bisa Sebabkan Hipertensi
Health
Hari Sel Sabit Sedunia: Mutasi Genetik Jadi Akar Penyebab Penyakit Sel Sabit
Hari Sel Sabit Sedunia: Mutasi Genetik Jadi Akar Penyebab Penyakit Sel Sabit
Health
IDAI: Anemia Bisa Rusak Otak Anak dan Turunkan Kecerdasan, Ini Langkah Pencegahannya
IDAI: Anemia Bisa Rusak Otak Anak dan Turunkan Kecerdasan, Ini Langkah Pencegahannya
Health
Kepala BGN: MBG Jadi Solusi Anak Bisa Minum Susu dan Makan Bergizi
Kepala BGN: MBG Jadi Solusi Anak Bisa Minum Susu dan Makan Bergizi
Health
Hari Sel Sabit Sedunia: Penyakit Langka yang Diam-diam Merenggut Nyawa di Usia Muda
Hari Sel Sabit Sedunia: Penyakit Langka yang Diam-diam Merenggut Nyawa di Usia Muda
Health
700 Lebih Kasus Hamil di Bawah Umur di Lombok Timur, Dokter: Ini Berisiko Tinggi
700 Lebih Kasus Hamil di Bawah Umur di Lombok Timur, Dokter: Ini Berisiko Tinggi
Health
Bahaya Anemia: Tubuh Terlihat Sehat tapi Kekurangan Zat Besi
Bahaya Anemia: Tubuh Terlihat Sehat tapi Kekurangan Zat Besi
Health
Ada 179 Kasus Covid-19 di Indonesia per Minggu ke-24 2025
Ada 179 Kasus Covid-19 di Indonesia per Minggu ke-24 2025
Health
20 Ribu Lebih Orang Indonesia Terkena Sifilis, Kenali Ini Gejalanya…
20 Ribu Lebih Orang Indonesia Terkena Sifilis, Kenali Ini Gejalanya…
Health
4,97 Juta Orang Telah Terima Makan Bergizi Gratis, Ribuan Tenaga Kerja Terlibat
4,97 Juta Orang Telah Terima Makan Bergizi Gratis, Ribuan Tenaga Kerja Terlibat
Health
Waspadai Tekanan Darah Tinggi, Ini Pertolongan Pertama Jika Pasien Tak Sadarkan Diri
Waspadai Tekanan Darah Tinggi, Ini Pertolongan Pertama Jika Pasien Tak Sadarkan Diri
Health
Apakah Tidur Cukup Penting Didapat Orang Dewasa? Ini Kata Dokter…
Apakah Tidur Cukup Penting Didapat Orang Dewasa? Ini Kata Dokter…
Health
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau