KOMPAS.com - Telur merupakan salah satu bahan makanan yang cukup populer.
Harga telur relatif terjangkau bagi sebagian kalangan. Demikian dengan cara mendapatkannya, bahan makanan ini mudah dibeli di sekitar kita.
Telur juga mengandung nutrisi seperti protein, vitamin, dan mineral.
Kendati bahan utamanya sama-sama telur, namun cara memasak berbeda dapat memengaruhi kandungan gizinya.
Baca juga: Sayur Lodeh: Kandungan Gizi dan Variasi Resep
Berikut perbandingan gizi dan kalori dari telur rebus, ceplok, dan orak-arik.
Menurut Fat Secret, kalori 1 butir telur rebus sebesar 77 kkal.
Dari jumlah kalori tersebut, 64 persen di antaranya terdiri atas lemak, 3 persen karbohidrat, dan 33 persen protein.
Berikut ringkasan gizi 1 butir telur rebus:
Baca juga: Anak Susah Makan Bikin Gizi Buruk, Atasi dengan 7 Cara Berikut
Menurut Fat Secret, kalori 1 butir telur ceplok sebesar 92 kkal.
Dari jumlah kalori tersebut, 70 persen di antaranya terdiri atas lemak, 2 persen karbohidrat, dan 28 persen protein.
Berikut ringkasan gizi 1 butir telur ceplok:
Baca juga: Ahli Gizi Ingatkan Bahaya Frozen Food buat Anak
Menurut Fat Secret, kalori 1 butir telur orak-arik sebesar 101 kkal.
Dari jumlah kalori tersebut, 67 persen di antaranya terdiri atas lemak, 5 persen karbohidrat, dan 27 persen protein.
Berikut ringkasan gizi 1 butir telur orak-arik:
Baca juga: Milk Tea Brown Sugar Jadi Boba Paling Tidak Sehat, Bagaimana Baiknya?
Berdasarkan data kandungan gizi di atas, telur rebus merupakan olahan telur paling rendah kalori dibandingkan telur ceplok dan telur orak-arik.
Kandungan lemak telur rebus juga paling sedikit dibandingkan telur ceplok atau telur orak-arik.
Melansir Healthline, beragam cara memasak telur seperti di atas pada dasarnya sama-sama mematangkan telur.
Proses memasak telur dapat menghancurkan bakteri yang berbahaya bagi kesehatan, sehingga telur lebih aman dikonsumsi.
Memasak telur juga dapat membuat protein dalam telur lebih mudah dicerna ketimbang telur mentah.
Baca juga: Sudah Makan tapi Kok Masih Suka Lapar?
Saat dimasak, panas memecah ikatan protein tersebut. Sehingga, protein membentuk ikatan baru yang lebih mudah dicerna oleh tubuh manusia.
Hal yang perlu diperhatikan, memasak telur dengan panas yang tinggi dapat merusak nutrisi dalam telur.
Menurut studi, memasak telur dengan suhu tinggi dalam waktu yang relatif lama dapat mengurangi kandungan vitamin A, D, dan sejumlah antioksidan.
Selain itu, memasak telur dengan panas yang tinggi juga dapat mengoksidasi kolesterol dalam kuning telur.
Menurut data, 1 butir telur mengandung 212 miligram kolesterol. Kandungan kolesterolnya 71 persen dari total kebutuhan harian sebesar 300 miligram per hari.
Baca juga: Lapar Tapi Tidak Selera Makan, Bisa Jadi Tanda Apa?
Oksidasi kolesterol ini dapat menghasilkan senyawa yang dikenal sebagai oxysterol.
Studi menunjukkan, kolesterol yang teroksidasi dan oxysterol dapat meningkatkan risiko penyakit jantung.
Sebelum menyajikan olahan telur, ada baiknya Anda bijak mempertimbangkan kalori dan panas tinggi saat memasak hidangan favorit banyak orang ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.