KOMPAS.com - Gejala virus corona SARS-CoV-2 yang dirasakan penderita Covid-19 bisa berbeda-beda.
Ciri-ciri utama infeksi virus corona adalah demam, batuk kering, dan sesak napas.
Namun, ada pengidap yang tidak merasakan gejala tersebut. Mereka hanya pilek. Ada juga kasus yang parah membuat paru-paru pasien meradang dan terisi cairan.
Baca juga: Penderita Diabetes Rentan Virus Corona, Begini Baiknya...
Lantas, bagaimanakah virus yang sama bisa menghasilkan gejala yang berbeda-beda?
Melansir Elemental, dari kasus virus corona di banyak negara, sejumlah ahli menyimpulkan sistem daya tahan tubuh memengaruhi infeksi pasien positif Covid-19.
Berkaca dari banyak kasus kematian infeksi virus corona, sebagian besar di antara penderita memiliki sistem daya tahan tubuh yang tak prima.
Profesor kedokteran dari Harvard Medical School, Mandeep Mehra, MD menjelaskan, begitu terinfeksi virus seperti corona, tubuh seseorang otomatis mengeluarkan imun bawaan.
Proses ini melibatkan protein bernama interferon, yang bertugas menghambat kemampuan virus berbiak dalam sel tubuh seseorang.
Interferon juga mengomando sel daya tahan tubuh lain untuk menyerang virus agar tidak menyebar ke bagian tubuh lain.
Baca juga: Tak Peka Bau dan Rasa Bisa Jadi Gejala Infeksi Virus Corona
Idealnya, respons awal ini membuat tubuh bisa kembali mengendalikan infeksi. Tapi, perlu diingat virus juga memiliki pertahanan untuk melepaskan diri dari protein interferon.
Respons imun bawaan ini menimbulkan gejala sakit di tubuh Anda.
Demam misalkan, berguna untuk mengingatkan tubuh ada "serangan" virus dari luar. Sedangkan batuk dan diare, bertujuan mengeluarkan virus dari tubuh.
Gejala virus corona bisa ringan atau tanpa gejala, demam, batuk, sesak napas, diare sampai radang paru-paru akut.
"Ada periode yang membuat virus dapat berkembang," jelas Mehra.
Menurut dia, demam bisa muncul saat virus masuk ke tubuh dan daya tahan tubuh bereaksi.
Jika virus berbiak di saluran pernapasan, penderita Covid-19 bisa mengalami batuk. Sementara saat virus berkembang di saluran cerna, penderita bisa diare.
Gejala terinfeksi virus corona berbeda-beda tersebut bisa muncul, tergantung bagian tubuh yang diserang virus.
Baca juga: Ciri-ciri Demam, Batuk, Sesak Napas pada Infeksi Virus Corona
Virus corona SARS-CoV-2 bisa masuk ke tubuh dengan menempel pada protein yang disebut reseptor ACE2.
Reseptor ini paling banyak terdapat di paru-paru. Itu sebabnya, Covid-19 jamak dianggap sebagai penyakit pernapasan.
Namun, jangan lengah. Jumlah reseptor ACE2 terbanyak kedua ada di usus, sehingga banyak orang yang terinfeksi virus corona mengalami diare.
Virus corona dapat berasal dari cipratan batuk, bersin, atau ludah (droplet) seorang penderita. Ketika droplet ini masuk ke mulut seseorang, virusnya akan singgah sesaat di tenggorokan.
Dari tenggorokan, virus bisa berpindah ke paru-paru saat saat seseorang menarik napas. Jika seseorang refleks menelan, virusnya berpindah ke perut.
"Begitulah virus corona dapat memengaruhi dua tempat utama berkembangnya virus tersebut," kata Mehra.
Baca juga: Beda Batuk, Pilek, Alergi, dan Gejala Virus Corona
Sistem daya tahan tubuh bawaan, bekerja dengan memuat virus, sekaligus menghambat virus berbiak di banyak tempat.
Proses ini sekaligus memberikan kesempatan bagi imun susulan (imun adaptif), untuk bersiap-siap menghadapi serangan lain sebelum virus sulit dikendalikan.
Imun yang adaptif ini sudah mengadung antibodi virus dan sel T yang dikembangkan secara alami oleh tubuh, sehingga daya tahan tubuh lebih mudah mengenali dan menghancurkan virus.
Antibodi ini nantinya juga memberikan kekebalan dan melindungi orang agar tidak terinfeksi virus corona lagi setelah mengidap Covid-19.
Akan tetapi, bagi kaum lansia, pengidap penyakit kronis, dan gangguan kekebalan tubuh, kondisinya bisa berbeda.
Virus corona bisa berbiak dan menyebar dengan cepat sebelum sistem daya tahan tubuh bisa mengendalikannya.
Baca juga: Mandi Air Dingin Bisa Tingkatkan Daya Tahan Tubuh, Kok Bisa?
Kondisi rentan tersebut juga bisa terjadi pada dokter dan perawat. Mereka bisa terpapar virus corona berkali-kali dalam sehari. Semakin banyak virus, tubuh semakin sulit mengelola sistem imun.
Bahkan, tim medis dalam kondisi sehat dan muda juga bisa mengalami infeksi yang parah dengan paparan virus yang cukup intens di tengah pandemi ini.
Kelompok paling rentan selama pandemi Covid-19 adalah kaum lansia, karena sistem daya tahan tubuhnya mulai melemah seiring pertambahan usia.
Sistem daya tahan tubuh yang lemah dapat menyebabkan respons awal imun terlambat dan respons imun susulan tertunda. Sehingga, virus bisa berbiak dan menyebar ke sel lain tanpa kendali.
Salah satu cara terbaik mencegah infeksi virus corona adalah memperkuat daya tahan tubuh, rajin cuci tangan, dan jaga jarak dengan sekitar agar tidak tertular.
Melansir CNN, cara memperkuat daya tahan tubuh adalah lewat olahraga, cukup tidur, dan mengelola stres.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.