Tak hanya diabetes mellitus, penyakit diabetes insipidus juga membuat penderitanya buang air kecil berlebihan.
Dalam sehari, penderita penyakit ini bisa kencing sebanyak 15 liter sehari atau lima kali lipat lebih banyak daripada intensitas buang air kecil normal.
Diabetes insipidus membuat tubuh tidak cukup memproduksi hormon vasopresin.
Hormon ini bertugas memberi tahu ginjal untuk melepaskan air ke dalam tubuh saat tubuh membutuhkannya.
Selain buang air kecil berlebihan, tanda-tanda diabetes insipidus di antaranya lelah, mual, bingung, dan sangat haus.
Penyakit diabetes dapat diatasi atau dikendalikan dengan obat-obatan.
Baca juga: 5 Gejala Diabetes pada Anak, Tak Hanya Diderita Orang Tua
Penyakit sistitis interstitial atau sindrom nyeri kandung kemih membuat penderitanya kerap ingin buang air kecil tapi tidak banyak kencing yang mengalir.
Tanda-tanda sindrom nyeri kandung kemih lain yakni sakit di perut bagian bawah. Nyeri tersebut semakin memburuk saat buang air kecil atau berhubungan seks.
Nyeri kandung kemih bisa terjadi saat jaringan kandung kemih membengkak dan sangat sensitif.
Untuk mengatasi penyakit yang penyebab utamanya tidak jelas ini, penderita biasa disarankan untuk mengatur pola makan dan minum olahraga, menggunakan obat tertentu, sampai tindakan pembedahan.
Baca juga: Infeksi Jamur pada Vagina: Penyebab, Gejala, Cara Mengatasi
Gejala lain penyakit batu ginjal di antaranya mual, demam, kedinginan, dan rasa sakit di sebelah bagian tubuh serta tubuh bagian belakang yang menjalar ke selangkangan.
Penyebab batu ginjal bisa karena berat badan berlebih, dehidrasi, diet tinggi protein, dan faktor keturunan.
Batu ginjal terkadang dapat keluar secara alami dari tubuh dengan bantuan obat-obatan. Namun, beberapa kondisi penyakit ini membutuhkan tindakan bedah atau operasi.
Baca juga: 7 Penyebab Batu Ginjal yang Kerap Diabaikan
Dampaknya, penderita stroke bisa buang air kecil berlebihan, atau sering kencing tapi jumlah urine yang keluar sedikit.
Selain stroke, penyakit parkinson, multiple sclerosis, dan penyakit otak lainnya punya efek sejenis.
Untuk mengatasinya, dokter biasanya menyarankan penderita stroke untuk mengubah pola makan dan mengubah kebiasaan untuk mengurangi gejalanya.
Baca juga: Bagaimana Infeksi Virus Corona Bisa Picu Stroke pada Kalangan Muda?