KOMPAS.com – Sembelit atau konstipasi adalah salah satu keluhan yang cukup sering terjadi ketika memasuki bulan puasa Ramadhan.
Sembelit saat puasa paling mungkin disebabkan oleh kurangnya asupan cairan dan minim konsumsi makanan berserat.
Selain itu, orang yang berpuasa cenderung mengurangi aktivitas fisik sehingga membuat kerja usus mejadi lamban.
Baca juga: 5 Cara Efektif Turunkan Berat Badan Saat Puasa
Kebiasaan buang air besar (BAB) pada setiap orang memang berbeda-beda.
Gejala sembelit penting dikenali untuk mendukung upaya diagnosis dini dan pengobatan sesegera mungkin gangguan pencernaan ini.
Sembelit ini terjadi jika BAB terhambat tidak seperti biasanya.
Hal ini bisa dipahami sebagai keadaan atau gejala hambatan gerak sisa makanan di saluran pencernaan sehingga BAB tidak bisa lancar dan teratur.
Pada keadaan normal, setiap 24 jam, usus besar (kolon) akan dikosongkan secara periodik.
Dengan demikian, seseorang bisa dianggap sembelit apabila tidak dapat buang air besar selama dua hari atau lebih.
Sembelit juga bisa terjadi karena pengaruh kebiasaan menunda keinginan BAB dengan beragam alasan.
Sedangkan pada usia lanjut, umumnya elastisitas atau aktivitas usus besar juga sudah berkurang sehingga dapat menyebabkan sembelit.
Baca juga: 8 Buah yang Baik Dikonsumsi Saat Sahur untuk Pasok Energi dan Imunitas
Melansir Buku Mengatasi Problem Pencernaan dengan Terapi Jus (2006) oleh DR. AP. Bangun, MHA., konstipasi yang tidak terlampau sering bisa dianggap wajar.
Tapi, jika hal ini terjadi berulang, Anda dianggap perlu segera periksa ke dokter karena mungkin sembelit menjadi gejala dari suatu penyakit serius, seperti kanker ususu besar.
Berikut ini beberapa tips untuk mencegah terjadinya gangguan pencernaan termasuk sembelit:
Melansir buku Terapi Enzim (2011) karya dr. Adji Suranto, Sp.A, mengunyah makanan di dalam mulut sebaiknya memang dilakukan sebanyak 30-50 kali untuk makanan yang tergolong tidak terlalu keras.
Baca juga: 4 Bahaya Sering Mengunyah Makanan Tak Sampai 32 Kali
Sedangkan untuk makanan yang keras atau sulit dicerna, dianjurkan dikunyah hingga 70 kali.
Pada prinsipnya, semakin lama mengunyah makanan, maka kian banyak pula air liur yang mengandung enzim amilase dihasilkan.
Dengan begitu, seseorang yang mengunyah makanan terlalu cepat kemungkinan tak akan memiliki cukup air liur di dalam mulut.
Air liur diketahui juga sangat mudah bercampur dengan asam lambung dan cairan empedu sehingga makanan akan lebih mudah dicerna.
Oleh sebab itu, jika Anda ingin terbebas dari masalah pencernaan seperti sembelit, maka lebih baik menyungah makanan dengan baik.
Proses mengungah juga akan mengefektifkan kerja enzim-enzim lain di sepanjang saluran pencernaan.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.