Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 05/05/2020, 03:45 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

KOMPAS.com – Sembelit atau konstipasi adalah salah satu keluhan yang cukup sering terjadi ketika memasuki bulan puasa Ramadhan.

Sembelit saat puasa paling mungkin disebabkan oleh kurangnya asupan cairan dan minim konsumsi makanan berserat.

Selain itu, orang yang berpuasa cenderung mengurangi aktivitas fisik sehingga membuat kerja usus mejadi lamban.

Baca juga: 5 Cara Efektif Turunkan Berat Badan Saat Puasa

Kebiasaan buang air besar (BAB) pada setiap orang memang berbeda-beda.

Sembelit ini terjadi jika BAB terhambat tidak seperti biasanya.

Hal ini bisa dipahami sebagai keadaan atau gejala hambatan gerak sisa makanan di saluran pencernaan sehingga BAB tidak bisa lancar dan teratur.

Pada keadaan normal, setiap 24 jam, usus besar (kolon) akan dikosongkan secara periodik.

Dengan demikian, seseorang bisa dianggap sembelit apabila tidak dapat buang air besar selama dua hari atau lebih.

Sembelit juga bisa terjadi karena pengaruh kebiasaan menunda keinginan BAB dengan beragam alasan.

Sedangkan pada usia lanjut, umumnya elastisitas atau aktivitas usus besar juga sudah berkurang sehingga dapat menyebabkan sembelit.

Baca juga: 8 Buah yang Baik Dikonsumsi Saat Sahur untuk Pasok Energi dan Imunitas

Tips agar terhindari dari sembelit

Melansir Buku Mengatasi Problem Pencernaan dengan Terapi Jus (2006) oleh DR. AP. Bangun, MHA., konstipasi yang tidak terlampau sering bisa dianggap wajar.

Tapi, jika hal ini terjadi berulang, Anda dianggap perlu segera periksa ke dokter karena mungkin sembelit menjadi gejala dari suatu penyakit serius, seperti kanker ususu besar.

Berikut ini beberapa tips untuk mencegah terjadinya gangguan pencernaan termasuk sembelit:

  1. Minumlah 6-8 gelas air putih atau jus setiap hari untuk mencegah sembelit
  2. Banyak mengonsumsi makanan berserat, misalnya buah dan sayur
  3. Hindari menunda keinginan buang air besar
  4. Bersikap rileks dengan makan secara perlahan-lahan
  5. Jangan merokok dan minum alkohol
  6. Jangan makan terlalu berlebihan
  7. Jangan berbaring setelah makan
  8. Kunyah makanan sampai benar-benar lumat

Melansir buku Terapi Enzim (2011) karya dr. Adji Suranto, Sp.A, mengunyah makanan di dalam mulut sebaiknya memang dilakukan sebanyak 30-50 kali untuk makanan yang tergolong tidak terlalu keras.

Baca juga: 4 Bahaya Sering Mengunyah Makanan Tak Sampai 32 Kali

Sedangkan untuk makanan yang keras atau sulit dicerna, dianjurkan dikunyah hingga 70 kali.

Pada prinsipnya, semakin lama mengunyah makanan, maka kian banyak pula air liur yang mengandung enzim amilase dihasilkan.

Dengan begitu, seseorang yang mengunyah makanan terlalu cepat kemungkinan tak akan memiliki cukup air liur di dalam mulut.

Air liur diketahui juga sangat mudah bercampur dengan asam lambung dan cairan empedu sehingga makanan akan lebih mudah dicerna.

Oleh sebab itu, jika Anda ingin terbebas dari masalah pencernaan seperti sembelit, maka lebih baik menyungah makanan dengan baik.

Proses mengungah juga akan mengefektifkan kerja enzim-enzim lain di sepanjang saluran pencernaan.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com