Gelisah adalah ciri-ciri gangguan kecemasan yang umum dialami anak-anak dan remaja.
Saat gangguan kecemasan datang, pengidapnya bisa merasakan gelisah sampai tidak berdaya untuk beraktivitas.
Kendati demikian, gelisah tidak selalu menjadi tanda ganguan kecemasan.
Dokter umumnya mendeteksi gangguan kecemasan apabila timbul gejala gelisah selama lebih dari enam bulan.
Kelelahan adalah gejala gangguan kecemasan umum yang sering dialami pasien masalah kesehatan mental ini.
Gejala kelelahan ini kontradiktif dengan anggapan orang, karena kecemasan lazim dikaitkan dengan hiperaktif.
Bagi sebagian pengidapnya, kelelahan bisa terjadi setelah serangan kecemasan. Ada juga yang merasakan kelelahan kronis.
Hingga kini, ahli masih menelisik gangguan kecemasan dengan kelelahan apakah terkait insomnia, ketegangan otot, atau efek hormonal.
Hal yang perlu diperhatikan, kelelahan ini juga bisa menjadi tanda masalah kesehatan mental lain seperti depresi.
Baca juga: Bagaimana Dampak Stres Pandemi Corona pada Kesehatan Mental dan Fisik?
Beberapa studi mengungkap, sejumlah penderita gangguan kecemasan mengeluhkan susah untuk konsentrasi.
Namun, susah konsentrasi juga bisa jadi gejala atau kondisi medis lainnya. Misalkan gangguan perhatian dan depresi.
Beberapa penelitian menunjukkan, kecemasan juga dapat mengganggu bagian otak yang mengendalikan memori jangka pendek.
Para penderita gangguan kecemasan yang berusia dewasa muda dan setengah baya acapkali melaporkan, mereka jadi gampang marah dua kali lipat ketimbang dalam kondisi normal.
Mengingat selama ini gangguan kecemasan terkait khawatir berlebihan, tak pelak mudah marah bisa jadi gejala penyertanya.
Baca juga: Stres Bisa Sebabkan Demam, Kok Bisa?
Sering mengalami ketegangan otot nyaris selama seminggu berturut-turut bisa jadi gejala kecemasan.
Ahli hingga kini masih meneliti kenapa banyak penderita gangguan kecemasan sering mengalami ketegangan otot.
Namun, menariknya terapi relaksasi untuk mengurangi ketegangan otot dapat mengurangi gejala gangguan kecemasan umum.