KOMPAS.com – Makan telur mentah kerap dilakukan oleh sebagian masyarakat Indonesia.
Bahan makanan ini bisa ditemukan antara lain dalam minuman atau jamu, krim pada kue, mayonnaise, maupun saus untuk salad buah.
Meski sudah ada banyak orang yang mengonsumsi telur mentah, bukan berarti hal tersebut bisa dilakukan secara sembarangan.
Hal itu dikarenakan, konsumsi telur mentah bisa juga menimbulkan keracunan atau bahaya kesehatan pada seseorang.
Baca juga: Telur Ayam, Telur Bebek, atau Telur Puyuh, Mana yang Lebih Sehat?
Banyak orang mengonsumsi telur mentah karena menganggap kandungan nutrisinya lebih tinggi dibanding telur yang telah dimasak.
Proses pemanasan telur dipercaya hanya akan mengurangi kadar vitamin A, vitamin B5, kalium, dan protein yang terkandung di dalam telur.
Padangan tersebut memang tak sepenuhnya salah. Proses penggorengan atau perebusan yang terlalu lama bisa menurunkan nilai protein telur, meski relatif tidak banyak.
Namun, pengolahan telur ini akan menyebabkan kandungan protein meningkat hampir dua kali lipat dapat diserap tubuh daripada telur mentah.
Sebuah penelitian dalam International Journal of Food Sciences and Nutrition pada 2004 mengungkap, bahwa manusia justru menyerap protein lebih banyak dari telur yang sudah matang.
Dalam keadaan mentah, protein yang bisa diserap dalam tubuh hanya sebesar 50 persen. Sementara kalau telur sudah matang, protein yang diserap tubuh bisa mencapai 90 persen.
Beberapa orang juga percaya konsumsi telur mentah bisa meningkatkan kadar protein lebih cepat dan lebih banyak daripada telur matang.
Baca juga: Konsumsi Telur Mentah atau Telur Masak, Mana yang Lebih Baik?
Selain itu, telur mentah hanya mengandung 51 persen zat gizi biologis, sementara telur yang sudah dimasak bisa mengandung hampir 91 persen zat gizi biologis.
Melansir Buku Defisiensi Yodiym, Zat Besi, dan Kecerdasan (2018) oleh Toto Sudargo dkk., konsumsi telur mentah tak dianjurkan karena berisiko terinfeksi Salmonella.
Salmonella adalah suatu bakteri yang dapat menimbulkan keracunan (Salmonella food poisoning) dengan gejala-gejala, sebagai berikut:
Salmonella ini dapat dinonaktifkan dengan pemanasan.
Baca juga: Benarkah Kuning Telur Mengandung Kolesterol Tinggi? Begini Faktanya