Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Makan Telur Mentah, Sehat atau Malah Berbahaya?

Kompas.com - 27/05/2020, 06:00 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

Untuk menghindari terjadinya keracunan Salmonella, Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) sendiri mengharuskan melakukan pemanasan (pasteurisasi) selama 3,5 menit pada suhu 56,70 derajat Celsius atau 6,2 menit pada suhu 55,50 derajat Celsius untuk putih telur, dan 6,2 menit pada suhu 60 derajat Celsius untuk telur utuh.

Untuk menghindari terjadinya keracunan Salmonella, apabila telur yang akan dikonsumsi dalam keadaan kotor, lebih baik tidak dimakan dalam keadaan mentah, meski ditujukan untuk orang dewasa.

Makan telur mentah juga bisa sebabkan kelainan saraf

Di dalam putih telur terdapat avidin, yakni zat protein yang dapat memberikan pengaruh-pengaruh negatif bagi tubuh karena kemampuannya mengikat biotin.

Biotin juga dikenal sebagai vitamin B7 yang larut dalam air.

Vitamin ini diperlukan tubuh dalam proses metabolisme dan pencernaan gula dalam darah.

Sayangnya, biotin akan terikat kuat oleh avidin sehingga tidak dapat diserap oleh usus dan pada akhirnya dikeluarkan bersama feses.

Daya cerna yang rendah menunjukkan makin banyak bagian makanan yang terbuang ke feses.

Avidin ini diketahui dapat menyebabkan keracunan.

Gejala keracunan avidin, di antaranya yakni:

  • Dermatitis
  • Kebotakan
  • Kelainan saraf

Dosis keracunan selain dipengaruhi oleh aktivitas avidin dalam telur (karena proses pengolahan atau pemanasan) dan jumlah telur yang dikonsumsi, juga sangat dipengaruhi oleh kadar biotin dalam darah.

Baca juga: 10 Bakteri yang Bisa Kontaminasi Kulit Telur dan Cara Mengatasinya

Maka dari itu, tidak setiap orang yang mengonsumsi telur akan menderita keracunan.

Pemanasan dapat menghancurkan aktivitas avidin pada suhu 18 derajat Celsius selama 5 menit. Sementara, pada suhu yang lebih tinggi diperlukan waktu pemanasan yang lebih singkat.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com