Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pakai Masker untuk Cegah Corona Tak Bikin Keracunan Karbon Dioksida

Kompas.com - 31/05/2020, 16:04 WIB
Mahardini Nur Afifah

Penulis

Sumber Forbes,Health

Dengan ukuran molekul yang lebih kecil, karbon dioksida dan oksigen bisa dengan mudah menembus bahan pembuatan masker, termasuk masker N95.

Baca juga: Cuci Tangan 6 Kali Sehari untuk Cegah Penularan Virus Corona

Tidak mungkin keracunan karbon dioksida

Dalam kasus yang sangat jarang, keracunan karbon dioksida bisa terjadi saat paparan CO2 dalam dosis tinggi.

Kondisi keracunan karbon dioksida ini dinamakan hiperkapnia.

Hiperkapnia dapat menyebabkan sakit kepala, pusing, penglihatan ganda, susah konsentrasi, tinitus, kejang, sampai lemas.

"Untuk bisa merusak tubuh, paparan karbon dioksida harus dalam dosis cukup tinggi. Tidak cukup dengan bernapas," jelas Bill Carroll, PhD, profesor kimia Indiana University, kepada Health (13/5/2020).

Dia menjelaskan, jauh sebelum tubuh keracunan CO2, tubuh secara alami memberikan sinyal perlindungan diri, saat paparan karbon dioksida berlebihan.

Kadar CO2 jadi menurun saat tubuh bernapas dengan cepat. Sebaliknya, jika menahan napas, tubuh menghasilkan lebih banyak CO2.

Naik turunnya kadar karbon dioksida tersebut memengaruhi kadar keasaman darah. Saat tubuh mendeteksi perubahan kadar keasamam darah, seseorang bisa pingsan.

"Pingsan adalah cara tubuh untuk menuntut seseorang agar bisa bernapas dengan normal," jelas dia.

Baca juga: 5 Kesalahan Umum Cara Pakai Masker

Prof. Carroll berpendapat, kendati masker buatan sendiri maupun pabrikan dibuat dari material beragam, namun bahan pembuatannya masih bisa ditembus oksigen.

"Kecuali Anda bernapas dengan kepala ditutup plastik, tidak mungkin Anda pingsan karena kekurangan oksigen saat mengenakan masker. Saat bernapas, udara masih bisa menembus pori-pori masker," kata Prof. Carroll.

Namun, ahli mewanti-wanti agar masyarakat umum tidak mengenakan masker respirator (N95) yang dirancang bagi petugas kesehatan berisiko tinggi. Terutama bagi penderita penyakit paru-paru.

"Respirator tidak nyaman dipakai. Masyarakat umum cukup gunakan masker kain. Pastikan masker menutup menutup mulut dan hidung," imbuh Amesh A. Adalja, MD dari Johns Hopkins Center for Health Security AS.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau