KOMPAS.com - Otoritas kesehatan menganjurkan setiap orang memakai masker untuk mencegah penyebaran virus corona.
Masker merupakan alat pelindung diri (APD) untuk mencegah seseorang tertular penyakit, sekaligus mencegah seseorang menulari penyakit dari saluran pernapasan seperti Covid-19.
Di tengah upaya peningkatan kesadaran masyarakat untuk mengenakan masker saat berada di luar rumah, beredar kabar efek negatif penggunaan masker.
Baca juga: Bisakah AC Jadi Sarana Penularan Virus Corona?
Dari beberapa informasi yang beredar di media sosial, penggunaan masker disebut bisa membuat tubuh keracunan gas buang pernapasan karbon dioksida (CO2).
Berikut petikan pesan yang beredar di media sosial terkait efek samping penggunaan masker:
"Menghirup udara yang dihembuskan berulang kali berubah menjadi karbon dioksida, itulah sebabnya kita menjadi pusing.
Ini memabukkan pengguna, dan lebih banyak lagi ketika ia harus bergerak, dan melakukan pergerakan.
Beberapa orang mengendarai mobil mereka dengan masker, itu sangat berbahaya, karena udara busuk dapat membuat pengemudi kehilangan kesadaran..."
Namun, para ahli membantah penggunaan masker bisa menyebabkan keracunan karbon dioksida.
Baca juga: Perlukah Menggunakan Face Shield untuk Cegah Corona?
Melansir Forbes (12/5/2020), para tenaga kesehatan telah membuktikan penggunaan masker tidak menyebabkan keracunan karbon dioksida.
Dalam sebuah operasi yang berlangsung selama beberapa jam, dokter bedah dan tim medis terbukti tidak linglung atau jatuh pingsan karena sirkulasi udara maskernya lancar.
Arahan mengenakan masker utamanya untuk mencegah droplet (cipratan cairan dari saluran pernapasan) saat berbicara, bernapas, batuk, atau bersin tidak menyebar ke sekitarnya.
Baca juga: Waspada, Puncak Kedua Pandemi Corona yang Lebih Bahaya
Dengan beragam material atau bahan pembuatan, masker terbukti efektif mengurangi penyebaran virus corona.
Sebagai informasi, partikel virus corona berukuran sekitar 125 nanometer. Ukuran ini membuat virus tidak bisa menembus masker.
Lain halnya dengan karbon dioksida, oksigen, sampai nitrogen. Molekul gas tersebut ukurannya jauh lebih kecil dari virus corona.