Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hipertensi: Gejala, Komplikasi, Penyebab, dan Cara Pengobatan

Kompas.com - 23/06/2020, 14:04 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

KOMPAS.com - Tekanan darah tinggi atau dikenal sebagai hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang banyak diderita oleh orang Indonesia.

Kondisi ini sering dianggap berbahaya karena bisa menyebabkan komplikasi kesehatan yang parah seperti penyakit jantung, stroke, bahkan kematian.

Sebelum membedah lebih jauh mengenai hipertensi, ada baiknya kita mengenal terlebih dahulu apa itu tekanan darah.

Baca juga: Tanda Gejala Hipertensi, Tak Selalu Sakit Kepala

Tekanan darah adalah kekuatan yang diberikan darah pada pembuluh darah. Tekanan ini bergantung pada resistensi pembuluh darah dan seberapa keras jantung bekerja.

Merangkum dari laman resmi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), tekanan darah sendiri ditulis dalam dua angka.

Angka pertama (sistolik) mewakili tekanan dalam pembuluh darah ketika jantung berdetak. Sedangkan angka kedua (diastolik) mewakili tekanan pembuluh darah ketika jantung beristirahat di antara detaknya.

Kondisi yang disebut hipertensi adalah ketika pembacaan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg.

Gejala

Sayangnya, tanpa pemeriksaan tekanan darah, hipertensi menjadi penyakit yang kerap tidak disadari. Itu karena banyak orang tidak memiliki gejala khusus.

Hal itu menjadi alasan mengapa hipertensi disebut dengan "silent killer".

Padahal, kondisi ini dalam jangka panjang dan tidak terkontrol bisa menimbulkan kerusakan pada pembuluh darah dan jantung.

Meski begitu, beberapa orang juga merasakan gejala tertentu.

Baca juga: Benarkah Konsumsi Daging Kambing Sebabkan Tekanan Darah Tinggi?

Dirangkum dari Web MD, ini beberapa gejala hipertensi yang perlu Anda waspadai:

1. Sakit kepala parah
2. Kelelahan atau kebingungan
3. Pandangan kabur
4. Nyeri dada
5. Sulit bernapas
6. Detak jantung tidak teratur
7. ada darah dalam urin
8. rasa berdebar di dada, leher, atau telinga

Komplikasi

Jika memiliki gejala tersebut, segera periksakan diri ke dokter. Hal ini penting dilakukan untuk mencegah komplikasi seperti serangan jantung atau stroke.

Selain itu, darah tinggi yang tidak diobati juga bisa menyebabkan penyakit serius seperti gagal ginjal atau masalah mata.

Melansir dari Medical News Today, hipertensi jangka panjang juga bisa menyebabkan komplikasi melalui aterosklerosis, di mana plak berkembang di dinding pembuluh darah yang menyebabkan penyempitan.

Jika terjadi penyempitan pembuluh darah, maka hipertensi akan bertambah parah karena jantung harus memompa lebih keras untuk mengedarkan darah ke seluruh tubuh.

Baca juga: Mitos atau Fakta, Kopi Bisa Picu Tekanan Darah Tinggi?

Aterosklerosis yang berhubungan dengan hipertensi kemudian dapat berkembang menjadi:

  • gagal jantung dan serangan jantung
  • aneurisma (tonjolan abnormal pada dinding arteri yang sewaktu-waktu bisa pecah)
  • gagal ginjal
  • stroke
  • amputasi
  • retinopathi hipertensi pada mata (dapat menyebabkan kebutaan)

Untuk itu, pemeriksaan rutin baiknya dilakukan agar Anda bisa mengontrol tekanan darah tetap pada angka yang normal.

Penyebab

Selain melalukan pemeriksaan rutin, Anda juga perlu mengetahui apa saja penyebab dari kondisi tekanan darah tinggi.

Mengutip dari Mayo Clinic, ada dua jenis tekanan darah tinggi bergantung penyebabnya.

1. Hipertensi primer

Pada kebanyakan orang dewasa, penyebab tekanan darah tinggi ini tidak dapat diidentifikasi. Jenis hipertensi ini cenderung berkembang secara bertahap selama bertahun-tahun.

2. Hipertensi sekunder

Pada jenis hipertensi ini, orang memiliki penyebab tertentu mengalami tekanan darah tinggi.

Hipertensi sekunder cenderung muncul secara tiba-tiba.

Kabar buruknya, jenis hipertensi ini bisanya menyebabkan tekanan darah lebih tinggi dibanding hipertensi primer.

Baca juga: Mitos atau Fakta, Sering Marah Bikin Darah Tinggi?

Beberapa kondisi yang bisa menyebabkan hipertensi sekunder di antaranya:

  • sleep apnea atau gangguan tidur obstruktif
  • masalah ginjal
  • tumor kelenjar adrenal
  • masalah tiroid
  • cacat bawaan di pembuluh darah
  • obat-obatan tertentu seperti pil KB, obat flu, peghilang rasa sakit
  • obat-obatan terlarang seperti kokain dan amfetamin

Faktor Risiko

Selain penyebab, Anda juga perlu mengetahui faktor risiko apa saja yang memungkinkan seseorang mengembangkan kondisi hipertensi.

Dikutip dari laman resmi NHS, seseorang berisiko tinggi mengalami hipertensi jika:

  • berusia lebih dari 65 tahun
  • mengalami obesitas atau kelebihan berat badan
  • memiliki garis keturunan dengan darah tinggi
  • makan terlalu banyak garam
  • memiliki pola makan tidak sehat
  • jarang berolahraga
  • minum terlalu banyak alkohol
  • terlalu banyak konsumsi kafein
  • merokok
  • kurang tidur

Jika Anda memiliki satu atau beberapa faktor di atas, ada baiknya segera mengubah pola hidup Anda.

Baca juga: Akhir Tahun Musim Lembur, Waspada Serangan Darah Tinggi

Cara Mencegah

Mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat bisa membantu mengurangi peluang Anda mengalami kondisi hipertensi.

Beberapa perubahan gaya hidup yang bisa Anda terapkan untuk mengurangi risiko hipertensi di antaranya:

1. Olahraga secara teratur

Dalam pedoman aktivitas fisik yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan AS, semua orang sebaiknya melakukan olahraga intensitas sedang selama 150 menit per minggu.

Anda bisa melakukan olahraga sedang seperti berjalan kaki, jogging, bersepeda atau berenang.

Sebaiknya, olahraga rutin dilakukan dalam kurun waktu 5 hari dalam seminggu untuk mengoptimalkan hasilnya.

2. Mengurangi stres

Bukan rahasia lagi, stres bisa memicu berbagai jenis penyakit, tak terkecuali hipertensi.

Sebagai langkah pencegahan tekanan darah tinggi, sebaiknya Anda juga perlu menngurangi stres.

Menghindari atau belajar manajemen stres bisa membantu seseorang mengontrol tekanan darah.

Anda bisa melakukan meditasi, mandi air hangat, yoga, atau berjalan ringan sebagai teknik relaksasi untuk melepas stres.

Baca juga: Waspada, Ahli Sebut Wanita Rentan Idap Penyakit Darah Tinggi

3. Hindari konsumsi alkohol, rokok, dan makanan siap saji

Alkohol dan rokok diketahui dapat meningkatkan tekanan darah. Maka, menghindari atau berhenti mengonsumsi alkohol dan rokok bisa mengurangi risiko hipertensi.

Sedangkan pada makanan siap saji, umumnya memiliki kadar garam yang tinggi. Sepeti yang kita ketahui, konsumsi tinggi garam bisa meningkatkan tekanan darah.

Asupan garam rata-rata tiap orang umumnya sekitar 9 hingga 12 gram sehari.

Untuk itu, WHO menyarankan melakukan pengurangan asupan hingga 5 gram per hari untuk mengurangi risiko hipertensi dan masalah kesehatan lainnya.

4. Diet

Melakukan diet sehat juga bisa Anda lakukan demi menjaga tekanan darah tetap normal.

Lebih banyak mengonsumsi buah dan sayur, misalnya.

Para ahli merekomendasikan untuk mengonsumsi sesedikit mungkin lemak jenuh dan lemak total.

Beberapa lemak seerti pada ikan dan minyak zaitun memang memiliki perlindungan untuk jantung. Meski lebih menyehatkan, orang dengan risiko hipertensi sebaiknya juga memperhatikan konsumsinya.

5. Mengontrol berat badan

Seperti yang kita ketahui, obesitas atau kelebihan berat badan bisa menjadi faktor risiko penyakit hipertensi.

Maka, menjaga berat badan tetap ideal adalah salah satu cara untuk mencegah tekanan darah tinggi.

Baca juga: 10 Mitos Soal Hipertensi yang Perlu Diwaspadai

Pengobatan

Namun, jika Anda sudah didiagnosis mengalami hipertensi maka harus segera melakukan perawatan.

Bagi sebagai pengidap hipertensi, konsumsi obat harus dilakukan seumur hidup demi bisa mengontrol tekanan darah.

Beberapa obat yang sering diresepkan oleh dokter di antaranya:

1. Obat untuk membuang kelebihan garam pada tubuh

Obat ini berguna karena pengidap hipertensi rentan terhadap kadar garam tinggi dalam tubuh.

Dengan obat ini, kelebihan garam dibuang melalui urine.

2. Obat untuk melebarkan pembuluh darah

Seperti yang dibahas sebelumnya, orang dengan tekanan darah tinggi rentan mengalami sumbatan pada pembuluh darah.

Jika sudah ada sumbatan, maka jantung harus bekerja lebih keras lagi dan membuat tekanan darah makin naik.

3. Obat untuk memperlambat detak jantung dan melebarkan pembuluh darah

Salah satu gejala umum yang dialami penderita hipertensi adalah dada berdebar. Obat ini berusaha untuk memperlambat debaran jantung itu.

Tujuan utamanya adalah menurunkan tekanan darah penderita tekanan darah tinggi.

4. Obat yang membuat dinding pembuluh darah lebih rileks

5. Obat penghambat renin

Rebin adalah enzim yang dihasilkan ginjal dan berfungsi menaikkan tekanan darah.

Obat ini sendiri memiliki fungsi utama untuk menghambat kerja enzim tersebut sehingga tekanan darah bisa diturunkan.

Meski mengonsumsi obat-obatan ini, penurunan tekanan darah hanya dapat maksimal jika disertai dengan gaya hidup sehat.

Baca juga: Benarkah Masakan Bersantan Bisa Sebabkan Hipertensi?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau