Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keguguran: Penyebab, Tanda, Pengobatan, dan Cara Mencegah

Kompas.com - 24/06/2020, 18:02 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

Kelainan kromosom ini bisa akibat salah satu dari sel telur atau sperma kualitanya kurang baik atau penyatuan sel telur dan sperma saat pembuahan tidak sempurna.

Baca juga: 6 Cara Agar Hamil Anak Perempuan

Kondisi ini pada umumnya bersifat kebetulan dan sangan jarang berulang.

Sementara, sekitar 30 persen keguguran, terutama keguguran berulang, disebabkan oleh gangguan kekentalan darah, di mana darah ibu sangat mudah mengental atau membuat bekuan dan menghalangi aliran darah ke janin.

Masalah ini biasanya ibu hamil mengalami kelainan sistem imunitas (penyakit autoimun).

Anti Cariolipin Antibody (ACA) adalah suatu penyakit autoimun yang cukup sering ditemukan pada ibu hamil.

Penyebab lain dari keguguran, terutama keguguran berulang adalah penyakit sistemik ibu hamil seperti diabetes dan gangguan kelenjar tiroid.

Infeksi juga telah menyebabkan keguguran pada sekitar 13 persen kasus, terutama infeksi toxoplasma, rubella, sitomegalovirus, dan herpes (TORCH). Tapi, pada umumnya, keguguran akibat infeksi ini tidak berulang.

Sedangkan kebiasaan kebiasaan yang berisiko menyebabkan keguguran, yakni:

  • Merokok (baik aktif maupun pasif)
  • Konsumsi alkohol
  • Konsumsi kafein lebih dari 500 mg (sekitar 5 cangkir) per hari

Baca juga: Blighted Ovum (Hamil Kosong): Gejala, Penyebab dan Cara Mengatasi

Kekurangan hormon progesterone juga dapat menjadi penyebab keguguran, sehingga pada kehamilan yang dianggap berisiko, dokter biasanya akan meresepkan obat “penguat” yang umumnya berisi hormon progesterone atau turunannya.

Sementara itu, kegiatan olahraga ringan, sampai aktivitas berhubungan badan masih aman dilakukan oleh ibu hamil muda sejauh tidak ada keluhan perdarahan atau memiliki kehamilan bermasalah.

Pengobatan keguguran

Melansir Buku Goresan Tangan Spesialis Kandungan (2014) oleh Dr HM Andalas, Sp.OG., perlu diketahui bahwa pada proses keguguran, bila hasil konsepsi keluar dari rahim sampai lapisan endometrium keluar semua (abortus komplit), tidak diperlukan tindakan kuretase.

Baca juga: Tahapan Perkembangan Janin dalam Kandungan dari Bulan ke Bulan

Sedangkan, pada keadaan di mana tidak seluruhnya jaringan hasil konsepsi keluar (abortus inkomplit), perlu dilakukan tindakan kuretase.

Tindakan kuretase sejuah dilakukan oleh seorang dokter yang berkompeten tentu tidak perlu dikuatirkan.

Permasalahan timbul apabila kuretase dilakukan oleh pihak yang tidak berkompeten, sehingga tindakan tersebut cukup dalam dan mengakibatkan dinding rahim bagian dalam (myometrium) ikut dibersihkan.

Tindakan ini berisiko terjadinya perlengketan hebat lapisan rahim, sehingga mengganggu kesuburan dan menstruasi seseorang.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com