KOMPAS.com - Pada hari-hari pertama kehidupannya, bayi harus segera beradaptasi dengan lingkungan barunya.
Jika sebelumnya bayi mendapat bantuan melalui aliran darah maupun tubuh ibu untuk menopang kehidupan, setelah lahir banyak hal yang harus dilakukan secara mandiri.
Sayangnya, perubahan kehidupan dari kandungan ke dunia tidak selalu berjalan mulus.
Salah satunya adalah soal bernapas.
Baca juga: 6 Penyebab Kuning pada Bayi Baru Lahir
Dalam kandungan, bayi bernapas lewan bantuan aliran darah ibu. Sedangkan setelah lahir, ia harus bisa bernapas sendiri lewat paru-paru.
Pada perubahan yang tidak mulus, bayi bisa mengembangkan masalah pernapasan yang disebut Transient Tachypnea of Newborn (TTN).
TTN sendiri adalah kondisi ketika bayi bernapas dengan sangat cepat selama jam-jam pertama kehidupannya.
Kondisi ini perlu pengawasan ketat di rumah sakit. Sebagian besar bayi yang mengalami TTN dapat sembuh total dan tidak memiliki efek jangka panjang dalam tumbuh kembangnya.
Melansir dari Childrenhospital.org, diperkirakan penyerapan cairan yang lambat di paru-paru bayi yang menjadi penyebab TTN.
Cairan tersebut membuat pengambilan oksigen menjadi lebih sulit sehingga bayi bernapas lebih cepat.
Seperti yang disebutkan sebelumnya, dalam kandungan bayi tidak menggunakan paru-paru untuk bernapas.
Di dalam rahim ibu, asupan oksigen yang diterima bayi berasal dari pembuluh darah plasenta.
Selama waktu tersebut, paru-paru bayi dipenuhi dengan cairan.
Baca juga: Penyakit Kuning pada Bayi: Gejala, Penyebab, dan Cara Mengobati
Merangkum dari Kids Health, semakin mendekati hari kelahiran, paru-paru bayi mulai menyerap cairan tersebut. Beberapa cairan juga bisa keluar selama proses persalinan.
Selama persalinan, tubuh bayi melepaskan bahan kimia untuk membantu paru-paru mengerluarkan cairan.