Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 16/07/2020, 13:31 WIB
Ariska Puspita Anggraini

Penulis

KOMPAS.com - Pernakah kalian menemui seseorang yang menimbun atau menyimpan barang-barang tak berharga di ruangan atau kamarnya?

Jika pernah, bisa jadi orang tersebut menderita hoarding disorder. Penderita hoarding disorder kerap menumpuk barang yang dianggap tak bernilai bagi orang banyak.

Bahkan, seringkali barang-barang yang disimpannya menumpuk bagai timbunan sampah.

Menurut data Mayo Clinic, penderita hoarding disorder biasanya merasa sulit membuang atau berpisah dengan barang-barang yang ditimbunnya.

Baca juga: Waspadai, Ini 7 Tanda Tersembunyi Penderita Depresi

Mereka kerap merasa barang-barang tersebut bisa menyelamatkan kehidupan mereka.

Selain itu, penderita hoarding disorder juga seringkali membuat kondisi tempat tinggalnya terasa sempit dan kacau karena tumpukan barang yang ditimbunnya.

Dalam beberapa kasus, timbunan barang yang dilakukan penderita hoarding disorder bisa mempengaruhi fungsi sehari-harimereka.

Gejala

Mereka yang mengalami hoarding disorder biasanya suka menumpuk atau menyimpan barang yang tidak diperlukan dalam jumlah berlebihan.

Barang-barang yang ditumpuk kerap menimbulkan suasana kacau namun mereka seringkali merasa susah untuk membuangnya.

Selain itu, penderita hoarding disorder juga kerap mengalami gejala berikut:

  • cenderung perfeksioniosme
  • kerap menghindar dan menunda seringkali memiliki masalah dengan perencanaan
  • sulit membuat keputusan.

Hoarding disorder dapat menyebabkan masalah dalam hubungan, kegiatan sosial, pekerjaan dan berbagai fungsi dalam kehidupan mereka. Gangguan ini juga bisa menyebabkan masalah kesehatan serius.

Penyebab

Menurut laman nasional kesehatan Inggris, seseorang bisa mengalami hoarding disorder karena hal-hal berikut ini:

  • depresi berat
  • gangguan psikotik, seperti skizofrenia
  • obesesif kompulsif.

Selain itu, seseorang bisa mengalami hoarding disorder karena hal-hal yang berkaitan dengan pengabaian diri. Biasanya, hal ini dialami oleh seseorang yang memiliki kondisi berikut:

  • hidup sendiri
  • tidak memiliki pasangan
  • masa kanak-kanak yang tidak bahagia
  • tumbuh di lingkungan yang berantakan.

Baca juga: Distimia, Gangguan Mental yang menyebabkan Depresi Berkepanjangan

Beda hoarding disorder dengan koleksi

Orang yang hobi mengoleksi suatu barang biasanya menyimpan benda-benda koleksinya dengan rapi sehingga tidak menimbulkan masalah.

Selain itu, item yang dikoleksi pun biasanya khusus atau terdiri dari satu jenis barang saja.

Barang-barang yang disimpan untuk koleksi seringkali memiliki nilai guna atau terbilang mahal.

Berbeda dengan penderita hoarding disorder, mereka menyimpan barang secara random atau semua jenis barang disimpan.

Bahkan, barang-barnag yang disimpannya kerap tidak memiliki nilai guna atau tidak berharga.

Mereka juga kerap menyimpan barang degan sembarangan hingga menumpuk seperti sampah dan mengakibatkan kekacauan di lingkungan tempat tinggalnya.

Cara mengatasi

Perawatan utama untuk mengatasi gangguan ini adalah terapi prilaku kognitif atay (CBT).

Pada metode ini, terapis biasanya membantu pasien untuk memahami apa yang membuatnya sulit untuk membuang barang-barang yang ditimbunnya.

Terapis juga akan memberikan tugas tambahan pada pasien agar mereka terdorong untuk membersihkan timbunan barang yang dibuatnya.

Selain itu, gangguan ini juga bisa diatasi dengan bantuan obat dari psikiater.

Obat yang dibrikan bisa berupa elective serotonin reuptake inhibitor (SSRIs), yang telah terbukti ampuh untuk mengatasi gangguan ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya
Minum Air Putih Terlalu Banyak Bisa Berbahaya, Ini Rekomendasi Jumlah Aman Tiap Hari
Minum Air Putih Terlalu Banyak Bisa Berbahaya, Ini Rekomendasi Jumlah Aman Tiap Hari
Health
Pakar Gizi BGN: Menu MBG Wajib Sesuai AKG dan Keanekaragaman Pangan
Pakar Gizi BGN: Menu MBG Wajib Sesuai AKG dan Keanekaragaman Pangan
Health
5 Faktor Risiko Pengapuran Lutut: Bisa Terjadi Sebelum Tua jika Diabaikan
5 Faktor Risiko Pengapuran Lutut: Bisa Terjadi Sebelum Tua jika Diabaikan
Health
1 dari 3 Orang Dewasa di Indonesia Derita Hipertensi Tanpa Disadari
1 dari 3 Orang Dewasa di Indonesia Derita Hipertensi Tanpa Disadari
Health
Studi: Konsumsi Pornografi Berlebihan Bisa Ubah Fungsi Otak dan Ganggu Pikiran
Studi: Konsumsi Pornografi Berlebihan Bisa Ubah Fungsi Otak dan Ganggu Pikiran
Health
Anak 12 Tahun Peserta JKN Meninggal Setelah Ditolak RSUD, Ini Tanggapan BPJS…
Anak 12 Tahun Peserta JKN Meninggal Setelah Ditolak RSUD, Ini Tanggapan BPJS…
Health
Dokter: Cukup Tidur Bisa Jadi Cara untuk Mencegah Stroke
Dokter: Cukup Tidur Bisa Jadi Cara untuk Mencegah Stroke
Health
Sering Pakai Earbuds? Waspadai Risiko Iritasi, Infeksi, hingga Penumpukan Kotoran Telinga
Sering Pakai Earbuds? Waspadai Risiko Iritasi, Infeksi, hingga Penumpukan Kotoran Telinga
Health
6 Gejala Pengapuran Lutut yang Sering Diabaikan, Dampaknya Bisa Melumpuhkan
6 Gejala Pengapuran Lutut yang Sering Diabaikan, Dampaknya Bisa Melumpuhkan
Health
Ini Fakta Pentingnya Mengelola Stres dengan Baik
Ini Fakta Pentingnya Mengelola Stres dengan Baik
Health
5 Gejala Anemia pada Anak: IDAI Ingatkan Orang Tua untuk Cermat
5 Gejala Anemia pada Anak: IDAI Ingatkan Orang Tua untuk Cermat
Health
Studi: Paparan Nikel Picu Cacat Lahir dan Gangguan Otak pada Anak
Studi: Paparan Nikel Picu Cacat Lahir dan Gangguan Otak pada Anak
Health
6 Penyebab Anemia pada Anak: Kekurangan Zat Besi dan Pola Makan Buruk Jadi Faktor Utama
6 Penyebab Anemia pada Anak: Kekurangan Zat Besi dan Pola Makan Buruk Jadi Faktor Utama
Health
Cara Mencegah Cacar Api dengan Vaksinasi hingga Gaya Hidup
Cara Mencegah Cacar Api dengan Vaksinasi hingga Gaya Hidup
Health
Studi Baru Temukan Nutrisi Ini Bisa Turunkan Risiko Diabetes dan Penyakit Jantung
Studi Baru Temukan Nutrisi Ini Bisa Turunkan Risiko Diabetes dan Penyakit Jantung
Health
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau