Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Premenstrual Syndrome: Gejala, Penyebab, dan Cara Mengatasi

Kompas.com - 15/08/2020, 10:30 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

Apabila pada masa itu tidak ada hubungan seksual yang menyebabkan pembuahan, maka lapisan rahim yang sudah siap tadi menjadi “kecewa”, dan luruh menjadi darah haid.

Pergeseran keberadaan hormon dari estrogen menjadi progesterone inilah yang menjadi penyebab dari beberapa gejala PMS.

Baca juga: Belajar dari Titiek Puspa: Kenali Bahaya Pendarahan Otak dan Pencegahannya

Pertama, para ahli percaya bahwa perubahan kadar progesterone dalam tubuh dapat menyebabkan perubahan mood, perilaku, dan fisik pada wanita pada fase luteal.

Progesteron berinteraksi dengan bagian tertentu otak yang terkait dengan relaksasi.

Studi yang lebih baru menyatakan bahwa ada perubahan hormon dan neurotransmitter yang mungkin juga bisa menjadi penyebabnya.

Misalnya saja, pada tubuh setiap orang ada hormon tertentu di sistem saraf pusat yang disebut endorfin.

Baca juga: 17 Cara Menghilangkan Jerawat Secara Alami

Endorfin adalah hormon yang dapat menyebabkan perasaan senang, happy mood, dan sekaligus membuat orang kurang sensitif terhadap nyeri (obat seperti heroin dan morfin bereaksi seperti endorfin).

Hormon endorfin dapat turun kadarnya pada luteal dalam siklus haid.

Maka dari itu, pada fase luteal ini kadang wanita merasa kurang happy dan timbul nyeri, seperti nyeri haid maupun sakit kepala.

Baca juga: Mengantuk Terus-menerus Gejala Apa? Berikut 10 Daftarnya…

Sementara itu, beberapa wanita dengan PMS juga bisa mengalami penambahan berat badan atau sedikit membengkak.

Hal ini karena terjadi penahanan air di dalam tubuh.

Perubahan hormon selama haid dapat memengaruhi kerja ginjal yang mengatur keseimbangan air dan garam di dalam tubuh.

Kelebihan air di dalam tubuh ini kadang juga bisa menyebabkan gejala PMS, terutama berat badan bertambah, sehingga meningkatkan persepsi negatif dan memperburuk kondisi emosi pada wanita.

Baca juga: 11 Cara Menghilangkan Komedo Secara Alami

Sikluas hormonal juga dapat memengaruhi kadar serotonin, suatu senyawa di otak yang mengatur banyak fungsi, termasuk mood dan sensitivitas terhadap nyeri.

Jika dibandingkan dengan wanita yang tidak mengalami PMS, wanita dengan PMS memiliki kadar serotonin otak lebih rendah pada fase luteal.

Sementara, rendahnya kadar serotonin dikaitkan dengan kondisi depresi.

Baca juga: Belajar dari Meriam Bellina, Kenali Gejala Serangan Jantung

Teori lain mencoba menjelaskan PMS dapat melibatkan prostaglandin, suatu senyawa kimia tubuh yang merupakan mediator inflamasi atau radang.

Prostaglandin dihasilkan di area-area di mana terjadi PMS, seperti payudara, otak, saluran reproduksi, ginjal, hingga saluran cerna.

Prostaglandin diduga berkontribusi terhadap gejala-gejala PMS seperti kram, payudara sakit, diare, termasuk konstipasi atau sembelit.

Baca juga: Nyeri Dada Disertai Kesulitan Benapas, Apakah Gejala Serangan Jantung?

Cara mengatasi PMS

Ada sejumlah cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi atau mengatasi PMS.

Berikut beberapa di antaranya:

Halaman Berikutnya
Halaman:
Berikan Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi Akun
Proteksi akunmu dari aktivitas yang tidak kamu lakukan.
199920002001200220032004200520062007200820092010
Data akan digunakan untuk tujuan verifikasi sesuai Kebijakan Data Pribadi KG Media.
Verifikasi Akun Berhasil
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau