KOMPAS.com - Plasenta previa adalah kondisi saat plasenta bayi menutupi sebagian atau seluruh saluran rahim.
Plasenta adalah organ penghubung janin dengan dinding rahim yang tersambung melalui tali pusar.
Fungsi plasenta selama kehamilan yakni melindungi janin, memberikan pasokan oksigen dan nutrisi, serta membuang kotoran dari janin.
Baca juga: Cara Mencegah Stretch Mark pada Ibu Hamil sesuai Usia Kehamilan
Pada kehamilan normal, plasenta menempel di bagian atas atau samping rahim.
Plasenta previa membuat ibu hamil mengalami pendarahan selama kehamilan dan persalinan.
Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai apa itu plasenta previa, penyebab, sampai faktor risikonya.
Dilansir dari What to Expect, plasenta previa adalah komplikasi kehamilan yang jarang namun dialami sebagian ibu hamil.
Sebanyak satu dari 200 kehamilan disertai komplikasi plasenta previa.
Ibu hamil dengan plasenta previa, memiliki plasenta yang tertanam di bagian bawah rahim, sehingga area serviks untuk jalan lahir bayi tertutup.
Awam jamak mengenal masalah kehamilan ini sebagai ari-ari atau plasenta di bawah.
Ada beberapa jenis plasenta previa, yakni:
Segala jenis plasenta previa dapat memengaruhi proses persalinan bayi.
Baca juga: 10 Penyebab Haid Terlambat Selain Hamil
Melansir Mayo Clinic, pendarahan tersebut berupa darah merah segar tanpa disertai rasa sakit dan muncul di paruh kedua kehamilan.
Beberapa ibu hamil juga mengalami kontraksi selama pendarahan.
Ibu hamil yang didiagnosis dengan plasenta previa di awal kehamilan, umumnya gejala komplikasi kehamilan tersebut sembuh seiring pertumbuhan rahim.
Namun, plasenta previa yang muncul di tengah atau akhir kehamilan, kemungkinan sembuhnya semakin kecil.
Plasenta previa bisa dideteksi lewat pemeriksaan USG kehamilan, terutama menginjak trimester kedua.
Jika ibu hamil mengalami pendarahan bagina selama trimester kedua atau ketiga, segera konsultasikan ke dokter.
Baca juga: Jantung Berdebar saat Hamil, Normal atau Tidak?
Para ahli hingga kini belum mengetahui dengan pasti apa penyebab plasenta previa.
Namun, ibu hamil berisiko mengalami plasenta previa apabila:
Baca juga: Cara Membersihkan Puting Payudara buat Ibu Hamil
Setelah didiagnosis plasenta previa, dokter umumnya akan merekomendasikan persalinan aman, terutama jika ibu hamil mengalami pendarahan.
Di antaranya dengan meminimalkan gerakan panggul. Ibu hamil dengan plasenta previa disarankan tidak melakukan hubungan seks, tidak menggunakan tampon, dan tidak melakukan pemeriksaan panggul
Dokter umumnya juga melakukan pemantauan intensif pada janin untuk melihat detak jantung dan gerakan bayi masih kuat.
Baca juga: Anemia pada Ibu Hamil: Penyebab, Ciri-ciri, Cara Mengatasi
Ibu hamil yang mengalami pendarahan hebat biasanya disarankan untuk istirahat di tempat tidur (bed rest).
Hal yang tak kalah penting, ibu hamil dengan plasenta previa perlu mewaspadai tanda-tanda persalinan prematur.
Sekitar 75 persen ibu hamil dengan plasenta previa umumnya melahirkan dengan operasi caesar dengan jadwal yang lebih cepat ketimbang hari perkiraan lahir.
Dengan perawatan medis yang tepat, sebagian besar ibu hamil dengan plasenta previa bisa melahirkan bayi sehat dan selamat melalui persalinan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.