KOMPAS.com - Istilah chikungunya berasal dari bahasa Makonde, salah satu daerah di Afrika yang terletak di antara Mozambik dan Tanzania.
Daerah itu merupakan tempat pertama kali virus chikungunya berhasil ditemukan pada 1952.
Virus ini kemudian menyebar ke wilayah Afrika lain, Asia Selatan, China, Taiwan, dan Asia Tenggara, seperti Filipina dan Indonesia.
Baca juga: 7 Fakta Penting tentang Demam Berdarah (DBD)
Bahkan, penyakit chikungunya saat ini dilaporkan sudah menjangkau wilayah lebih luas sampai ke Eropa.
Chikungunya mempunyai arti “sesuatu yang mengikat”, yakni sesuai dengan gejala nyeri sendi yang mengakibatkan pergerakan sendi menjadi terbatas dan kaku.
Demam chikungunya layak diwaspadai siapa saja karena dapat menyerang semua usia.
Melansir Mayo Clinic, cara penularan penyakit chikungunya adalah penderita digigit oleh nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus yang sudah terinfeksi virus chikungunya yang berasal dari penderita lain.
Pada umumnya, nyamuk-nyamuk itu menyerang pada siang hari, tapi gigitan terutama terjadi saat dini hari dan sore hari.
Oleh sebab itu, baik orang yang sedang berada di dalam rumah maupun di luar rumah sama-sama rentan terkena virus ini.
Nyamuk Aedes lebih banyak hidup dan berkembang biak di tempat yang dekat dengan manusia, khususnya di dalam ruangan.
Baca juga: Gejala Demam Berdarah dan Chikungunya Mirip, Ini Bedanya
Melansir laman resmi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), gejala penyakit chikungunya sangat bervariasi, mulai dari yang ringan sampai berat, dan seringkali mirip dengan demam dengue atau demam berdarah dengue (DBD).
Berikut beberapa kemungkinan gejala chikungunya yang layak diwaspadai:
Baca juga: Dapatkah Gejala Demam Berdarah (DBD) Disertai Batuk Pilek?
Nyeri tersebut dapat berlangsung selama seminggu, sebulan, atau bahkan pada beberapa kasus bisa terjadi selama beberapa tahun, tergantung pada umur penderita.
Nyeri sendi pada penderita chikungunya kadang dapat membuat penderita sulit berjalan dan kaku.
Semakin tua penderita, kian lama gejalanya timbul.