KOMPAS.com - Banyak orang tahu efek samping merokok sangat berbahaya bagi paru-paru dan jantung.
Namun, tahukah Anda merokok juga bisa berdampak negatif pada kondisi otak kita?
Ahli neurologi Lori A. Russell-Chapin mengatakan, nikotin juga bisa meniru beberapa neurotransmitter otak yang disebut asetilkolin.
Baca juga: Dehidrasi: Gejala,Penyebab, Komplikasi, dan Cara Mengatasinya
"Neurotransmitter ini bisa menstimulasi kontraki otot untuk menghasilkan sinyal di otak," ucap dia.
Tak hanya itu, nikotin juga bisa mengaktifkan sinyal dopamin, yang menciptakan sensasi menyenangkan.
"Seiring waktu, otak mulai terbiasa dengan aktivitas tersebut dan mengurangi jumlah reseptor asetilkolin," ujarnya.
Tentunya, hal ini akan memicu toleransi terhadap nikotin, yang membuat seseorang merasa perlu lebih banyak nikotin.
Nikotin juga merangsang pusat kesenangan di otak, meniru dopamin, sehingga otak mulai mengasosiasikan penggunaan nikotin dengan perasaan nyaman.
Kondisi tersebut lambat laun akan membuat seseorang ketergantungan terhadap nikotin.
Saat mencoba untuk berhenti, akan ada berbagai efek samping, seperti kecemasan, lekas marah, dan keinginan kuat untuk kembali menggunakan nikotin.
Kondisi tersebut dikenal dengan nama gejala penarikan nikotin. Padahal, merokok bisa memicu berbagai efek samping serius pada otak, seperti berikut:
1. Meningkatkan risiko demensia
Demensia merupakan suatu kondisi yang dapat memengaruhi daya ingat, kemampuan berpikir, keterampilan bahasa, penilaian, dan perilaku.
Penyakit ini juga dapat menyebabkan perubahan kepribadian. Riset 2015 membuktikan perokok 30 persen lebih mungkin mengembangkan demensia.
Riset tersebut juga membuktikan bahwa berhenti merokok dapat menurunkan risiko demensia.
2. Hilangnya volume otak
Riset 2017 membuktikan merokok dapat meningkatkan risiko kehilangan volume otak terkait usia.
Risiko tersebut akan semakin tinggi, tergantu berapa lama kita melakukan kebiasaan tak sehat ini.
Selain itu, peneliti menemukan bahwa merokok berdampak negatif terhadap integritas struktural daerah otak subkortikal.
Baca juga: Kadar Trombosit Turun, Atasi dengan Makanan Berikut
3. Stroke
Perokok lebih mungkin menderita stroke dibandingkan bukan perokok.
Menurut temuan Pusa Pencegahan dan Pengendalian Penyakit AS, merokok meningkatkan risiko stroke sebanyak dua hingga empat kali lipat.
Risiko juga semakin meningkat saat kita merokok lebih banyak.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.