KOMPAS.com - Malaria adalah penyakit yang tak layak dianggap remeh karena bisa mengakibatkan kematian.
Melansir Health Line, malaria dapat menyebabkan sejumlah komplikasi yang mengancam jiwa.
Kondisi ini mungkin saja terjadi:
Baca juga: 8 Makanan Penambah Darah untuk Lawan Anemia
Menurut WHO, pada 2018, hampir setengah dari populasi dunia berisiko terkena malaria.
Pada tahun tersebut, ada sekitar 228 juta kasus malaria yang terjadi, dan perkiraan jumlah kematian akibat penyakit ini mencapai 405.000 jiwa.
Sebagian besar kasus dan kematian terjadi di Afrika.
Namun, wilayah WHO di Mediterania Timur, Pasifik Barat, Amerika, dan Asia Tenggara juga melaporkan jumlah kasus dan kematian akibat malaria yang signifikan.
Untungnya, penyakit ini dapat dicegah dan disembuhkan.
Maka penting untuk mengetahui dan mengantisipasi penyebab malaria sebagai bagian dari upaya mencegah penyakit ini.
Malaria disebabkan oleh parasit Plasmodium.
Parasit tersebut dapat menyebar ke manusia melalui gigitan nyamuk Anopheles yang terinfeksi.
Baca juga: 7 Gejala Malaria yang Perlu Diwaspadai
Melansir NHS, sebenarnya ada banyak jenis parasit plasmodium, tetapi hanya 5 jenis yang menyebabkan malaria pada manusia.
Apa saja?
1. Plasmodium falciparum
Plasmodium adalah jenis parasit malaria yang paling umum terjadi dan bertanggung jawab atas sebagian besar kematian akibat malaria di seluruh dunia.
Parasit ini terutama dapat ditemukan di Afrika.
2. Plasmodium vivax
Parasit ini menyebabkan gejala yang lebih ringan daripada Plasmodium falciparum, tetapi dapat bertahan di hati hingga 3 tahun, yang dapat menyebabkan kekambuhan.
Plasmodium vivax terutama dapat ditemukan di Asia dan Amerika Selatan.
Baca juga: 7 Fakta Penting tentang Demam Berdarah (DBD)
3. Plasmodium ovale
Parasit ini dapat tetap berada di hati selama beberapa tahun tanpa menimbulkan gejala.
Malaria yang disebabkan plasmodium ovale cukup jarang terjadi dan biasanya ditemukan di Afrika Barat.
4. Plasmodium malariae
Parasit ini cukup langka dan biasanya hanya ditemukan di Afrika.
5. Plasmodium knowlesi
Parasit ini sangat langka dan ditemukan di beberapa bagian Asia Tenggara.
WHO mencatat, pada tahun 2018, Plasmodium falciparum menyumbang 99,7 persen dari perkiraan kasus malaria di Afrika, 50 persen kasus di Asia Tenggara, 71 persen kasus di Mediterania Timur, dan 65 persen di Pasifik Barat.
Sementara, Plasmodium vivax adalah parasit dominan di wilayah Amerika, yakni mewakili 75 persen kasus malaria.
Anak-anak di bawah usia 5 tahun merupakan kelompok yang paling rentan terkena malaria.
Pada 2018, mereka menyumbang sekitar 2/3 dari semua kematian akibat malaria di seluruh dunia.
Baca juga: 3 Jenis Makanan Ini Sebaiknya Dihindari Penderita Demam Berdarah (DBD)
Parasit plasmodium disebarkan oleh nyamuk Anopheles betina, yang dikenal sebagai nyamuk "penggigit malam" karena paling sering menggigit di antara waktu senja dan fajar (pagi hari).
Jika nyamuk menggigit seseorang yang sudah terinfeksi malaria, nyamuk ini bisa terinfeksi dan menyebarkan parasitnya ke orang lain.
Perlu dipahami, malaria tidak bisa menular langsung dari orang ke orang.
Setelah seseorang digigit nyamuk terinfeksi, parasit memasuki aliran darah dan berpindah ke hati.
Baca juga: Diawali Demam, Ini Beda Gejala pada Demam Berdarah (DBD) dan Tifus
Infeksi kemudian berkembang di hati sebelum masuk kembali ke aliran darah dan menyerang sel darah merah.
Parasit tumbuh dan berkembang biak di sel darah merah.
Secara berkala, sel darah yang terinfeksi pecah, melepaskan lebih banyak parasit ke dalam darah.
Sel darah yang terinfeksi biasanya pecah setiap 48-72 jam.
Setiap kali pecah, penderitanya akan mengalami demam, menggigil, dan berkeringat.
Malaria juga dapat menyebar melalui transfusi darah dan berbagi jarum suntik, tetapi ini sangat jarang terjadi.