Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ciri Batuk yang Mengarah pada Gejala Kanker Paru-paru

Kompas.com - 16/12/2020, 14:03 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

KOMPAS.com – Banyak orang pernah mengalami batuk setidaknya sekali dalam hidup.

Dalam kebanyakan kasus, obat batuk yang dijual bebas dapat membantu meredakan keluhan tersebut.

Batuk sebenarnya memiliki tujuan yang bermanfaat.

Baca juga: 9 Gejala Awal Kanker Paru-paru yang Harus Diwaspadai

Batuk membantu paru-paru membersihkan kuman potensial dan benda berbahaya dari jalan napas.

Namun, batuk yang bertahan selama berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan bisa menunjukkan sesuatu yang lebih serius.

Terkadang, kondisi itu bisa terjadi karena kanker paru-paru.

Ciri batuk karena kanker paru-paru

Batuk biasanya tidak berarti kanker paru-paru hadir.

Namun, melansir Medical News Today, batuk yang terjadi terus-menerus adalah gejala umum kanker paru-paru pada saat didiagnosis.

Siapa pun yang mengalami batuk dengan gejala berikut ini sebaiknya bisa segera menemui dokter:

Batuk yang terjadi dengan kanker paru-paru bisa kering atau basah.

Baca juga: Kapan Harus ke Dokter Ketika Batuk?

Batuk tersebut juga bisa terjadi kapan saja dan dapat mengganggu tidur di malam hari.

Perlu diperhatikan, kebanyakan orang yang mengidap kanker paru-paru memiliki riwayat merokok.

Merokok juga dapat mengiritasi paru-paru dan menyebabkan batuk jangka pendek.

Ini artinya, menghindari atau berhenti merokok dapat mengurangi risiko berbagai kondisi yang melibatkan batuk, termasuk kanker paru-paru.

Gejala kanker paru-paru lainnya

Batuk yang terus-menerus atau memburuk bukanlah satu-satunya gejala kanker paru-paru.

Baca juga: 8 Gejala Awal PPOK yang Perlu Diwaspadai

Gejala lain dari kanker paru-paru meliputi:

  • Mengi dan kesulitan bernapas
  • Suara serak
  • Masalah menelan atau berbicara
  • Kehilangan selera makan
  • Penurunan berat badan yang tak bisa dijelaskan penyebabnya
  • Rasa lelah berkepanjangan
  • Bengkak di wajah atau leher

Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) adalah kondisi serius lain yang sering menyerang orang yang merokok.

PPOK sendiri termasuk faktor risiko yang signifikan untuk bisa menyebabkan kanker paru-paru.

Kapan harus ke dokter ketika batuk?

Kebanyakan batuk akan mereda atau hilang dalam beberapa hari hingga beberapa minggu.

Namun, jika batuk berlangsung lama atau terjadi bersamaan dengan gejala lain, seperti batuk darah atau nyeri dada, penting bagi siapa saja untuk memeriksakan diri ke dokter.

Dokter dapat menentukan penyebab batuk dan memberikan pengobatan yang tepat, jika perlu.

Perlu dipahami juga, bahwa tidak semua orang dengan kanker paru-paru akan mengalami batuk.

Tumor pancoast yang berkembang di bagian atas paru-paru (perifer) tidak menyebabkan batuk. 

Baca juga: 5 Penyebab PPOK pada Orang Bukan Perokok

Faktor risiko kanker paru-paru

Faktor risiko adalah segala sesuatu yang meningkatkan kemungkinan seseorang terkena penyakit seperti kanker.

Kanker yang berbeda memiliki faktor risiko yang berbeda pula.

Melansir American Cancer Society, berikut ini adalah beragam faktor risiko kanker paru-paru yang patut diwaspadai:

1. Merokok 

Merokok sejauh ini merupakan faktor risiko utama kanker paru-paru.

Sekitar 80 persen kematian akibat kanker paru-paru diperkirakan akibat merokok dan angka ini mungkin lebih tinggi untuk kanker paru-paru sel kecil (SCLC).

Baca juga: 5 Bahaya Nikotin dalam Rokok Elektrik

Sangat jarang seseorang yang tidak pernah merokok mengalami SCLC.

Risiko kanker paru-paru bagi perokok jauh lebih tinggi dibandingkan non-perokok.

Semakin lama dan semakin banyak Anda merokok, maka kian besar risikonya terkena kanker paru-paru.

2. Menjadi perokok pasif 

Jika Anda tidak merokok, menghirup asap rokok dari orang lain (menjadi rokok pasif) dapat meningkatkan risiko terkena kanker paru-paru.

Perokok pasif diperkirakan menyebabkan lebih dari 7.000 kematian akibat kanker paru-paru setiap tahun.

3. Paparan radon

Radon adalah gas radioaktif alami yang dihasilkan dari pemecahan uranium di tanah dan batuan.

Anda tidak dapat melihat, merasakan, atau menciumnya.

Di luar ruangan, ada sangat sedikit radon sehingga kemungkinan besar tidak berbahaya.

Tapi di dalam ruangan, radon bisa lebih terkonsentrasi.

Baca juga: 9 Gejala Bronkitis yang Perlu Diwaspadai

Menghirupnya membuat paru-paru Anda terkena radiasi dalam jumlah kecil. Ini dapat meningkatkan risiko seseorang terkena kanker paru-paru.

4. Paparan asbes

Orang yang bekerja dengan asbes, seperti di tambang, pabrik, pabrik tekstil, tempat isolasi dan galangan kapal beberapa kali lebih mungkin meninggal karena kanker paru-paru.

Risiko kanker paru-paru jauh lebih besar pada pekerja yang terpapar asbes yang juga merokok.

Tidak jelas seberapa besar paparan tingkat rendah atau jangka pendek terhadap asbes dapat meningkatkan risiko kanker paru.

Orang yang terpapar asbes dalam jumlah besar juga memiliki risiko lebih besar terkena mesothelioma, sejenis kanker yang dimulai di pleura (lapisan yang mengelilingi paru-paru).

Baca juga: Penyebab Bronkitis dan Cara Mengatasinya

5. Paparan agen penyebab kanker lainnya di tempat kerja

Karsinogen lain (agen penyebab kanker) yang ditemukan di beberapa tempat kerja yang dapat meningkatkan risiko kanker paru-paru meliputi:

  • Bijih radioaktif seperti uranium
  • Bahan kimia yang terhirup seperti arsenik, berilium, kadmium, silika, vinil klorida, senyawa nikel, senyawa kromium, produk batu bara, gas mustard, dan klorometil eter
  • Knalpot diesel

6. Mengonsumsi suplemen makanan tertentu

Studi yang mengamati kemungkinan peran suplemen vitamin dalam mengurangi risiko kanker paru-paru menunjukkan hasil yang mengecewakan.

Faktanya, 2 penelitian besar menemukan bahwa perokok yang mengonsumsi suplemen beta karoten justru mengalami peningkatan risiko kanker paru-paru.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa perokok sebaiknya menghindari konsumsi suplemen beta karoten.

Baca juga: 14 Makanan yang Mengandung Vitamin C Tinggi

7. Terapi radiasi sebelumnya ke paru-paru

Orang yang pernah menjalani terapi radiasi pada dada untuk kanker lain berisiko lebih tinggi terkena kanker paru-paru, terutama jika mereka merokok.

Contohnya termasuk orang yang telah dirawat karena penyakit Hodgkin atau wanita yang terkena radiasi dada setelah mastektomi untuk kanker payudara.

Wanita yang menjalani terapi radiasi pada payudara setelah lumpektomi tampaknya tidak memiliki risiko kanker paru-paru yang lebih tinggi dari yang diharapkan.

8. Polusi udara

Di kota-kota, polusi udara, terutama di dekat jalan raya yang ramai dikunjungi orang tampaknya sedikit meningkatkan risiko kanker paru.

Risiko ini jauh lebih kecil daripada risiko yang disebabkan oleh merokok.

Tetapi, beberapa peneliti memperkirakan bahwa di seluruh dunia sekitar 5 persen dari semua kematian akibat kanker paru-paru mungkin disebabkan oleh polusi udara di luar ruangan.

Baca juga: 12 Obat Batuk Herbal dari Bahan Makanan Rumahan

9. Riwayat pribadi atau keluarga kanker paru-paru

Jika Anda pernah menderita kanker paru-paru, Anda memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker paru-paru lain.

Saudara laki-laki, saudara perempuan, dan anak-anak dari orang yang pernah menderita kanker paru-paru mungkin juga memiliki risiko kanker paru-paru yang sedikit lebih tinggi, terutama jika kerabatnya didiagnosis pada usia yang lebih muda.

Tidak jelas seberapa besar risiko ini mungkin disebabkan oleh gen yang sama di antara anggota keluarga dan seberapa besar kemungkinannya dari paparan bersama di rumah (seperti asap tembakau atau radon).

Para peneliti telah menemukan bahwa genetika tampaknya berperan dalam beberapa keluarga dengan riwayat kanker paru-paru yang kuat. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau