Perlu diketahui, terdapat dua cincin otot (sfingter) yang mengontrol anus, yakni cincin luar dikontrol secara sadar, sedangkan cincin bagian dalam tidak.
Sfingter bagian dalam ini berada di bawah tekanan konstan.
Para ahli percaya bahwa, jika tekanan terlalu banyak, sfingter bagian dalam mungkin kejang, mengurangi aliran darah, meningkatkan risiko celah atau sobekan.
Baca juga: Bahaya Anal Seks, Picu Berbagai Penyakit hingga Kanker Anus
Fisura ani dapat menyerang orang dari segala usia atau maupun jenis kelamin.
Tapi, fisura ani adalah penyebab paling umum dari perdarahan rektal pada bayi dan anak-anak.
Dengan kondisi ini, beberapa anak mungkin akan melihat darah merah cerah ada di tinja dan kertas toilet.
Dalam kebanyakan kasus, fisura ani untungnya dilaporkan dapat sembuh tanpa perlu perawatan medis atau pembedahan.
Krim topikal, supositoria, atau keduanya, dan obat penghilang rasa sakit yang dijual bebas (OTC) dapat membantu meringankan gejala.
Namun, beberapa orang mungkin mengalami masalah kronis jika luka tidak sembuh dengan benar.
Fisura ani yang berlangsung kurang dari 6 minggu disebut fisura ani akut.
Sedangkan, fisura ani kronis memiliki gejala lebih dari 6 minggu.
Fisura ani primer tidak memiliki penyebab yang dapat diidentifikasi, sedangkan fisura ani sekunder memiliki penyebab yang dapat diidentifikasi.
Baca juga: 12 Penyebab Susah BAB, Bukan Hanya Sembelit
Melansir Health Line, fisura ani tidak selalu dapat dicegah, tetapi seseorang bisa mengurangi risiko terkena kondisi tersebut dengan melakukan tindakan pencegahan.
Ini mungkin termasuk:
Baca juga: 20 Makanan yang Mengandung Serat Tinggi
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.