Pertama, ketidakseimbangan hormon dapat memprovokasi penderita anoreksia untuk terus takut menambah berat badan, yang mengakibatkan penolakan untuk makan.
Estrogen dan oksitosin adalah dua hormon yang terlibat dalam pengendalian rasa takut.
Rendahnya tingkat hormon ini yang biasanya ditemukan pada penderita anoreksia dapat membuat sulit untuk mengatasi rasa takut terus-menerus terhadap makanan dan lemak.
Ketidakteraturan dalam hormon kelaparan dan rasa kenyang, seperti kortisol dan peptida YY, dapat berkontribusi pada penghindaran makan.
Orang dengan anoreksia dapat menemukan penurunan berat badan lebih memuaskan daripada makan, yang dapat membuat mereka ingin terus membatasi asupan makanan.
7. Punya “ritual makan” khusus yang harus dijalani
Perilaku obsesif terhadap makanan dan berat badan sering kali memicu kontrol ketat terhadap kebiasaan makan.
Melakukan ritual semacam itu dianggap dapat meredakan kecemasan, membawa kenyamanan, dan menghasilkan rasa kendali.
Baca juga: 17 Makanan yang Mengandung Protein Tinggi
Beberapa “ritual makan” paling umum yang terlihat pada anoreksia meliputi:
Orang dengan anoreksia dapat melihat penyimpangan dari ritual ini sebagai kegagalan dan kehilangan kendali diri.
8. Penyalahgunaan alkohol atau narkoba
Dalam beberapa kasus, anoreksia dapat menyebabkan penggunaan alkohol kronis, obat-obatan tertentu, dan pil diet.
Alkohol dapat digunakan untuk menekan nafsu makan dan mengatasi kecemasan dan stres.
Baca juga: Jenis-jenis Narkoba dan Bahayanya Bagi Tubuh
Mereka yang melakukan binge eating/purging dilaporkan sekitar 18 kali lebih mungkin untuk menyalahgunakan alkohol dan obat-obatan daripada jenis pembatasan.
Bagi beberapa orang, penyalahgunaan alkohol mungkin juga diikuti dengan pengurangan drastis dalam asupan makanan untuk mengimbangi kalori yang dikonsumsi melalui minuman.
Penyalahgunaan obat lain, termasuk amfetamin, kafein atau efedrin, umum terjadi pada tipe restriktif, karena zat ini dapat menekan nafsu makan, meningkatkan metabolisme dan meningkatkan penurunan berat badan dengan cepat.
Pembatasan makanan dan penurunan berat badan yang cepat dapat memengaruhi otak dengan cara yang selanjutnya dapat meningkatkan keinginan untuk mengonsumsi obat-obatan.
Sementara, penyalahgunaan zat jangka panjang yang dikombinasikan dengan pengurangan asupan makanan dapat menyebabkan kekurangan gizi dan memicu masalah kesehatan lainnya.
Baca juga: 3 Cara Mengukur Obesitas, Mana yang Terbaik?
9. Penurunan berat badan yang ekstrim
Penurunan berat badan yang berlebihan merupakan tanda fisik utama dari anoreksia. Ini adalah salah satu kondisi yang paling mengkhawatirkan.
Tingkat keparahan anoreksia tergantung pada sejauh mana seseorang menekan berat badannya.
Penekanan berat badan adalah perbedaan antara berat badan tertinggi seseorang di masa lalu dan berat badan saat ini.
Sebuah studi menunjukkan bahwa penekanan berat badan memiliki hubungan yang signifikan dengan berat badan, masalah tubuh, olahraga berlebihan, pembatasan makanan, dan penggunaan obat pengontrol berat badan.
Pedoman untuk diagnosis anoreksia menganggap penurunan berat badan relevan jika berat badan saat ini 15 persen di bawah berat badan yang diharapkan dari seseorang pada usia dan tinggi tersebut, atau jika indeks massa tubuh (BMI) menunjukkan angka 17,5 atau kurang.
Namun, perubahan berat badan pada seseorang mungkin sulit untuk diperhatikan dan mungkin tidak cukup untuk mendiagnosis anoreksia.
Oleh karena itu, semua tanda dan gejala lainnya perlu dipertimbangkan untuk membuat penentuan yang akurat.
Baca juga: 5 Tanda Seseorang Mengalami Obesitas yang Perlu Diwaspadai
10. Gejala fisik yang dapat berkembang seiring waktu
Sembilan gejala yang tercantum di atas mungkin merupakan indikasi anoreksia yang pertama dan paling jelas.
Pada penderita anoreksia yang lebih parah, organ tubuh dapat terpengaruh dan memicu gejala lain.
Ini termasuk:
Karena kemungkinan sembuh total lebih tinggi dengan pengobatan dini, penting untuk mencari bantuan segera setelah gejala anoreksia terlihat.
Baca juga: 10 Gejala Anemia Defisiensi Besi yang Perlu Diketahui
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.