Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Hypoactive Sexual Desire Disorder Pada Wanita

Kompas.com - 18/03/2021, 20:14 WIB
Ariska Puspita Anggraini

Penulis

KOMPAS.com - Tak hanya pria, wanita juga bisa mengalami penurunan libido atau gairah seksual.

Biasanya, hal ini terjadi saat terjadi perubahan besar dalam hidup seperti kehamilan, menopause, atau didiagnosis mengalami penyakit tertentu.

Selain itu, beberapa obat yang digunakan untuk gangguan mood juga dapat menyebabkan rendahnya gairah seks pada wanita.

Jika penurunan gairah seks terjadi berlarut-larut hingga memicu stres, anda bisa saja mengalami hypoactive sexual desire disorder.

Apa penyebab hypoactive sexual desire disorder?

Ada banyakhal yang memicu hypoactive sexual desire disorder. Berikut berbagai penyebabnya:

  • Penyakit kronis seperti kanker payudara, diabetes, depresi, inkontinensia urin, masalah tiroid, dan multiple sclerosis.
  • Ketidakseimbangan neurotransmiter (bahan kimia) di otak.
  • Masalah dalam hubungan.
  • Beberapa kondisi psikologis seperti depresi, kecemasan, dan percaya diri yang rendah.

Gejala

Meskipun hasrat seksual yang berfluktuasi adalah hal yang normal, hypoactive sexual desire disorder bisa memicu kurangnya hasrat seksual wanita selama enam bulan atau lebih.

  • Gejala hypoactive sexual desire disorder bisa berupa berikut:
  • tidak ada minat dalam aktivitas seksual
  • tidak memiliki fantasi seksual
  • kesulitan mendapatkan kesenangan dari seks
  • kurangnya sensasi yang menyenangkan saat alat kelamin dirangsang.

Cara mengatasi

Ada berbagai metode yang digunakan untuk mengobati hypoactive sexual desire disorder.

Untuk menemukan pengobatan yang tepat, kuncinya adalah memahami penyebab yang mendasari gejala Anda.

Dokter biasanya akan bertanya apakah Anda sedang minum obat tertentu. Sebab, obat-obatan tertentu dapat berdampak negatif pada gairah seks.

Misalnya, beberapa antidepresan dapat menyebabkan penurunan gairah seks.

Dalam kasus seperti itu, dokter mungkin menyarankan resep dengan efek samping yang lebih sedikit.

Namun, jangan berhenti minum antidepresan tanpa persetujuan dokter.

Jika gejala terjadi karena gangguan emosional, dokter mungkin menyarankan konseling.

Jika penyebabnya adalah kadar estrogen yang menurun, biasanya dokter akan memberikan terapi esterogen.

Dokter juga bisa merekomendasikan penggunaan krim, supositoria, atau cincin untuk estrogen di vagina.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau