Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 26/03/2021, 14:07 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

Infeksi ini memengaruhi saluran empedu dan usus dan bisa sangat parah.

Baca juga: Sistem Pencernaan: Fungsi, Organ, dan Cara Menjaga Agar Tetap Sehat

Bagi penderita AIDS, infeksi cryptosporidiosis dapat menyebabkan diare kronis.

Selain itu, HIV dapat pula mengakibatkan kegagalan ginjal sebagai akibat infeksi HIV pada sel ginjal.

Masalah ini disebut sebagai nefropati terkait HIV (HIV-Associated Nephropathy) atau HIVAN.

4. Sistem syaraf pusat

Meskipun pada umumnya tidak secara langsung menginfeksi sel saraf, namun HIV bisa menginfeksi sel yang mendukung dan mengelilingi saraf di otak serta di seluruh tubuh.

Meskipun hubungan antara HIV dan kerusakan neurologis tidak sepenuhnya dipahami, kemungkinan sel pendukung yang terinfeksi berkontribusi pada cedera saraf.

Di mana, infeksi HIV lanjut dapat merusak saraf (neuropati).

Lubang kecil pada selubung konduksi serabut saraf tepi (mielopati vakuolar) dapat menyebabkan nyeri, kelemahan, dan kesulitan berjalan.

Ada komplikasi neurologis AIDS yang signifikan.

Baca juga: 6 Efek Darah Tinggi pada Tubuh yang Layak Diantisipasi

HIV dan AIDS dapat menyebabkan demensia terkait HIV atau kompleks demensia AIDS, dua kondisi yang sangat mempengaruhi fungsi kognitif.

Ensefalitis toksoplasma yang disebabkan oleh parasit yang biasa ditemukan pada kotoran kucing adalah kemungkinan komplikasi lain dari AIDS.

Dengan sistem kekebalan yang melemah, mengidap AIDS bisa meningkatkan risiko radang otak dan sumsum tulang belakang karena parasit ini.

Gejalanya bisa berupa kebingungan, sakit kepala, dan kejang.

Beberapa komplikasi AIDS yang umum meliputi:

  • Gangguan memori
  • Kegelisahan
  • Depresi

Dalam kasus yang sangat lanjut, halusinasi dan psikosis dapat terjadi.

Anda mungkin juga mengalami sakit kepala, masalah keseimbangan, dan masalah penglihatan.

Baca juga: 2 Efek Gula Darah Rendah pada Tubuh yang Perlu Diwaspadai

5. Sistem integumen

Salah satu tanda HIV dan AIDS yang lebih terlihat bisa terjadi di kulit.

Respons kekebalan yang melemah membuat penderita HIV/AIDS lebih rentan terhadap virus seperti herpes.

Herpes sendiri dapat menyebabkan luka di sekitar mulut atau alat kelamin.

HIV juga meningkatkan risiko ruam dan penyakit cacat ular (shingles).

Shingles disebabkan oleh herpes zoster, virus yang menyebabkan cacar air.

Herpes zoster menyebabkan ruam yang menyakitkan, sering kali disertai dengan lepuh.

Sementara, infeksi kulit virus yang disebut molluscum contagiosum dapat melibatkan munculnya benjolan pada kulit.

Kondisi lain pada kulit yang bisa dialami oleh pendeirta HIV/AIDS adalah penyakit kulit bersifat kronis disebut prurigo nodularis. Ini menyebabkan bintil-bintil atau benjolan-benjolan kecil pada kulit, serta rasa gatal yang parah.

HIV juga dapat membuat Anda rentan terhadap kondisi kulit lainnya, seperti:

  • Eksim
  • Dermatitis seboroik
  • Skabies
  • Kanker kulit

Baca juga: Dokter Sebut Ubah Warna Kulit Jadi Putih Bisa Picu Kanker Kulit

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com