Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

3 Perbedaan Psikolog dan Psikiater yang Perlu Diketahui

Kompas.com - 26/03/2021, 16:01 WIB
Mahardini Nur Afifah

Penulis

KOMPAS.com - Psikiater dan psikolog adalah profesi yang sama-sama bergerak di bidang kesehatan mental.

Kedua profesi ini sama-sama memahami cara kerja otak, emosi, perasaan, dan pikiran kita.

Tapi, ada beberapa perbedaan psikolog dan psikiater yang mendasar dan perlu diketahui. Berikut penjelasannya.

Baca juga: Kenali 9 Tanda Pasangan Selingkuh Menurut Psikologi

Perbedaan psikolog dan psikiater dari sisi pengobatan

Melansir AllPsychologySchools, psikiater adalah dokter yang memberikan terapi pengobatan kepada pasiennya.

Mereka bisa meresepkan obat untuk terapi kesehatan mental dan emosional pasiennya.
Sedangkan, psikolog lebih fokus pada psikoterapi untuk merawat gangguan emosional dan mental pasiennya.

Psikolog juga dapat merekomendasikan tes psikologis untuk menakar kondisi mental seseorang dan merekomendasikan jenis terapi yang paling efektif untuk pasiennya.

Baca juga: Membongkar Psikologi Kenapa Banyak Orang Percaya Teori Konspirasi

Perbedaan psikolog dan psikiater dari sisi pendidikan

Beda psikiater dan psikolog dari pendidikan juga sangat kentara. Psikiater menjalani sekolah kedokteran terlebih dahulu.

Setelah itu, mereka mengikuti praktik residensi di bidang psikiatri selama empat tahun di rumah sakit.

Selama menjalani praktik tersebut, mereka akan menghadapi pasien dengan beragam latar belakang, mulai dari anak-anak sampai orang tua dengan gangguan perilaku sampai kasus penyakit mental parah.

Dengan begitu, selepas menjalani pendidikan, psikiater memiliki kemampuan untuk mendiagnosis sekaligus memberikan pengobatan penyakit mental.

Sementara itu, psikolog menjalani pendidikan psikologi selama paling tidak empat tahun.

Baca juga: 5 Alasan Kenapa Seseorang Susah Minta Maaf Menurut Psikologi

Sepanjang pendidikan, calon psikolog mempelajari perkembangan kepribadian, sejarah masalah psikologis, sampai ilmu penelitian psikologis.

Di jenjang pascasarjana, psikolog disiapkan untuk mempelajari cara mendiagnosis gangguan mental dan emosional di berbagai situasi.

Selepas kelar sekolah, mahasiswa psikologi juga perlu magang setahun sampai dua tahun.

Selama magang, mereka diberi kesempatan untuk belajar metode pengobatan, melakukan pengujian analitik, belajar teknik psikologis, sampai terapi perilaku.

Selepas magang, psikolog biasanya baru mendapat lisensi setelah memiliki pengalaman kerja praktik di bawah pengawasan tenaga profesional kesehatan mental selama satu atau dua tahun.

Baca juga: 8 Ciri-ciri Orang Kreatif Menurut Psikologi Positif

Perbedaan psikolog dan psikiater dari sisi praktik kerja

Dilansir dari laman resmi YourHealthinMind, psikiater dan psikolog acapkali bekerja sama di bagian kesehatan mental rumah sakit.

Psikiater bertugas membuat penilaian dan diagnosis awal, kemudian merujuk pasien ke psikolog untuk mengikuti terapi psikologis atau konseling.

Secara umum, psikiater dapat memberikan beragam perawatan untuk masalah kesehatan, termasuk:

  • Pengobatan
  • Memeriksa kondisi kesehatan fisik dan memantau efek pengobatan
  • Perawatan psikologis
  • Terapi stimulasi otak seperti terapi elektrokonvulsif (ECT)

Selain itu, psikiater umumnya merawat pasien yang membutuhkan pertimbangan medis. Biasanya pasien kesehatan mental dengan kondisi kompleks misalkan depresi berat, skizofrenia, bipolar, dan sebagainya.

Orang yang pernah mencoba bunuh diri atau memiliki pemikiran untuk bunuh diri biasanya juga diperiksa psikiater.

Baca juga: 10 Tanda Patah Hati Mengusik Kesehatan Mental dan Fisik

Sedangkan psikolog cenderung merawat pasien dengan kondisi yang efektif dibantu dengan perawatan psikologis.

Kondisi ini antara lain gangguan perilaku, kesulitan belajar, depresi, sampai gangguan kecemasan.

Jika kalian tidak yakin harus menemui psikiater atau psikolog, tanyakan dengan dokter umum yang menangani.

Dokter dapat memberikan rekomendasi paling tepat apakah masalah kesehatan kita perlu ditangani psikiater atau psikolog.

Baca juga: Manfaat dan Mudarat Multitasking bagi Kesehatan Mental

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya
Wabah Mpox Melonjak di Sierra Leone: Status Darurat Kesehatan Global Ditetapkan
Wabah Mpox Melonjak di Sierra Leone: Status Darurat Kesehatan Global Ditetapkan
Health
Waspadai Efek Minum Air Putih Secara Berlebihan pada Ginjal, Ini Kata Dokter
Waspadai Efek Minum Air Putih Secara Berlebihan pada Ginjal, Ini Kata Dokter
Health
Gustiwiw Meninggal Dunia, Ini Beberapa Penyebab Jatuh di Kamar Mandi
Gustiwiw Meninggal Dunia, Ini Beberapa Penyebab Jatuh di Kamar Mandi
Health
Gustiwiw Meninggal Dunia, Ini Pertolongan Pertama Saat Terjatuh di Kamar Mandi
Gustiwiw Meninggal Dunia, Ini Pertolongan Pertama Saat Terjatuh di Kamar Mandi
Health
Gustiwiw Meninggal Dunia Akibat Jatuh di Kamar Mandi, Ini 6 Cara Mencegah Kejadian Serupa
Gustiwiw Meninggal Dunia Akibat Jatuh di Kamar Mandi, Ini 6 Cara Mencegah Kejadian Serupa
Health
Jamur Hitam di Rumah Bisa Picu Masalah Pernapasan Serius, Ini Faktanya
Jamur Hitam di Rumah Bisa Picu Masalah Pernapasan Serius, Ini Faktanya
Health
WCTC 2025 dan Paradoks Pengendalian Tembakau di Indonesia
WCTC 2025 dan Paradoks Pengendalian Tembakau di Indonesia
Health
Terlalu Banyak Minum Air Bisa Rusak Ginjal, Ini Kata Dokter...
Terlalu Banyak Minum Air Bisa Rusak Ginjal, Ini Kata Dokter...
Health
Olahraga Rutin Sejak Muda Turunkan Risiko Tekanan Darah Tinggi di Usia 60 Tahun
Olahraga Rutin Sejak Muda Turunkan Risiko Tekanan Darah Tinggi di Usia 60 Tahun
Health
Kemenkes Sebut Banyak Perempuan Indonesia Alami Obesitas Sentral, Apa Itu?
Kemenkes Sebut Banyak Perempuan Indonesia Alami Obesitas Sentral, Apa Itu?
Health
Dari Cek Kesehatan Gratis Ditemukan 50 Persen Perempuan Alami Obesitas Sentral
Dari Cek Kesehatan Gratis Ditemukan 50 Persen Perempuan Alami Obesitas Sentral
Health
Nutrisi yang Bantu Menurunkan Risiko Demensia, Menurut Studi Terbaru
Nutrisi yang Bantu Menurunkan Risiko Demensia, Menurut Studi Terbaru
Health
Studi Baru: Tes Darah untuk Deteksi Dini Kanker Sebelum Gejala Muncul
Studi Baru: Tes Darah untuk Deteksi Dini Kanker Sebelum Gejala Muncul
Health
Peneliti Temukan Bakteri Usus Ini Bisa Jadi Pemicu Depresi
Peneliti Temukan Bakteri Usus Ini Bisa Jadi Pemicu Depresi
Health
Tanpa Bukti Ilmiah, Rendaman Rokok Obat Bisa Timbulkan Efek Samping
Tanpa Bukti Ilmiah, Rendaman Rokok Obat Bisa Timbulkan Efek Samping
Health
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau