KOMPAS.com - Seorang wanita dapat mengembangkan tekanan darah tinggi atau hipertensi kapan saja selama kehamilan.
Sama seperti pada kebanyakan orang, kondisi tekanan darah tinggi pada ibu hamil ini juga tidak boleh dibiarkan begitu saja.
Dampak darah tinggi pada ibu hamil bahkan bisa dikatakan lebih besar ketimbang pada orang umum.
Baca juga: Berapa Tekanan Darah Normal pada Ibu Hamil?
Ini karena jika tidak ditangani, hipertensi pada ibu hamil dapat menyebabkan komplikasi kesehatan yang serius bagi ibu sendiri, bayi yang dikandung, atau keduanya.
Tapi untungnya, dalam kebanyakan kasus, hipertensi pada ibu hamil dapat diobati atau ditangani.
Meski demikian, tentu akan lebih baik jika kejadian hipertensi pada ibu hamil dapat dicegah sedari awal, bukan?
Maka kenali beberapa kondisi yang bisa menjadi penyebab darah tinggi pada ibu hamil untuk dapat diantisipasi atau dihindari.
Merangkum Health Line, ada beberapa beberapa kondisi yang bisa menjadi penyebab darah tinggi pada ibu hamil.
Ini mungkin termasuk:
Bisa dilihat bahwa ada cukup banyak penyebab darah tinggi pada ibu hamil yang dapat disiasati.
Jadi sebaiknya jangan menyia-nyiakan hal tersebut demi mendapatkan kesehatan yang lebih baik selama kehamilan, baik untuk diri sendiri maupun bagi calon buah hati.
Baca juga: 15 Makanan Penurun Darah Tinggi untuk Atasi Hipertensi
Merangkum Medical News Today, secara umum hipertensi pada ibu hamil dapat dibagi menjadi tiga jenis berdasarkan waktu mulai terjadinya.
Berikut ini penjelasannya:
1. Hipertensi kronis
Wanita yang menderita hipertensi kronis memiliki tekanan darah tinggi sebelum hamil atau sebelum usia kehamilan menginjak 20 minggu.
Ada kemungkinan bagi seorang ibu hamil untuk mengembangkan subtipe hipertensi kronis yang disebut hipertensi kronis dengan preeklamsia.
Wanita dengan kondisi ini memiliki tekanan darah tinggi dan kemungkinan dapat mengembangkan jumlah protein yang tidak normal dalam urine atau proteinuria.
Adanya protein dalam urine ini dapat mengindikasikan masalah pada ginjal.
Wanita mungkin juga mengalami perubahan fungsi hati.
Hipertensi gestasional hanya terjadi selama kehamilan dan tanpa adanya protein dalam urine atau perubahan fungsi hati.
Wanita biasanya mengembangkan kondisi ini pada paruh kedua kehaman atau setelah 20 minggu pertama kehamilan.
Baca juga: 9 Penyebab Diabetes Gestasional pada Ibu Hamil yang Perlu Diwaspadai
Bentuk tekanan darah tinggi ini biasanya bersifat sementara dan cenderung hilang setelah melahirkan. Namun, hal itu dapat meningkatkan risiko wanita terkena tekanan darah tinggi di kemudian hari.
Dalam beberapa kasus, tekanan darah akan tetap tinggi setelah kehamilan, yang mengakibatkan hipertensi kronis.
3. Preeklamsia
Preeklamsia adalah kondisi tekanan darah tinggi yang bisa dialami wanita selama kehamilan atau setelah melahirkan. Ini adalah kondisi serius yang dapat menimbulkan konsekuensi yang parah.
Preeklamsia biasanya terjadi pada trimester ketiga. Ini jarang terjadi setelah melahirkan, tetapi masih mungkin.
Dokter sering mendiagnosis preeklamsia setelah melakukan pengukuran tekanan darah dan menguji sampel darah dan urine.
Wanita yang mengalami preeklamsia ringan mungkin tidak mengalami gejala apa pun.
Jika gejala preeklamsia berkembang, itu bisa termasuk:
Preeklamsia dengan kejang, atau eklamsia, adalah kondisi yang berbeda. Ini bisa berakibat fatal.
Baca juga: 4 Gejala Diabetes Gestasional pada Ibu Hamil yang Perlu Diwaspadai
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.