Sampai saat ini penyebabnya belum diketahui, tetapi tampaknya faktor genetik cukup berperan.
Jika seseorang memiliki anggota keluarga dengan kondisi tersebut, mereka kemungkinan besar juga akan menurunkannya.
Banyak orang dengan tiroiditis Hashimoto tidak menunjukkan gejala apa pun pada awalnya.
Kondisi ini berkembang secara bertahap selama beberapa tahun hingga menyebabkan kerusakan progresif dan mengurangi suplai hormon tiroid tubuh.
Seseorang biasanya akan mengalami pembesaran kelenjar tiroid non-kanker atau gondok yang menyebabkan bagian depan leher tampak bengkak.
Hal ini disebabkan, ketika tiroid tidak dapat menghasilkan cukup hormon, kelenjar pituitari di otak mengeluarkan lebih banyak hormon perangsang tiroid (TSH) .
Baca juga: 6 Penyakit Tiroid dan Cara Mengatasinya
Ketika tiroiditis Hashimoto menyebabkan hipotiroidisme, gejala awalnya ringan dan menjadi lebih signifikan dari waktu ke waktu.
Beberapa gejala tersebut antara lain sebagai berikut.
Dalam menangani penderita Hashimoto, dokter akan mengobati dengan mengganti hormon tiroid yang hilang.
Biasanya, penderita akan diberikan obat yang disebut levothyroxine, yakni versi sintetis dari hormon.
Obat ini sepenuhnya dapat mengontrol tiroiditis Hashimoto.
Seseorang biasanya meminum satu pil levothyroxine setiap hari.
Baca juga: Penyebab Susah Hamil bisa Karena Gangguan Tiroid, Kenapa Begitu?
Dosis yang diberikan akan mempertimbangkan beberapa faktor, yakni, usia, berat badan, tingkat keparahan, masalah kesehatan lain, dan obat lainnya.
Jika tidak diobati, tiroiditis Hashimoto dapat menyebabkan beberapa komplikasi, di antaranya adalah sebagai berikut.
Hashimoto juga dapat menyebabkan masalah selama kehamilan.
Penelitian berjudul “Thyroid hormone dysfunction during pregnancy: A review” menunjukkan bahwa wanita dengan kondisi ini lebih mungkin melahirkan bayi dengan kelainan jantung, otak, dan ginjal.
Untuk membatasi komplikasi ini, penting untuk memantau fungsi tiroid selama kehamilan pada wanita.