Sebagian besar kanker ovarium berkembang setelah menopause.
Sebanyak 50 persen kasus kanker ovarium ditemukan pada wanita berusia 63 tahun ke atas.
Riwayat keluarga, usia, dan riwayat reproduksi seseorang dapat mempengaruhi risiko kanker ovarium.
Selain itu, orang yang hamil setelah usia 35 tahun atau tidak memiliki anak sama sekali malah memiliki risiko yang cukup tinggi.
Sebaliknya, wanita yang beberapa kali hamil dan menyusui malah dapat menurunkan risiko terkena kanker jenis ini.
Orang dengan riwayat kanker payudara tampaknya memiliki peluang lebih tinggi terkena kanker ovarium.
Hal ini mungkin disebabkan oleh perubahan gen BRCA.
Baca juga: Kanker Kandung Kemih: Gejala, Penyebab, dan Pengobatan
Untuk alasan ini, beberapa orang dengan kanker payudara yang dites positif untuk mutasi gen dapat memilih untuk menjalani ooforektomi atau operasi untuk mengangkat indung telur sebagai terapi pencegahan.
Menjalani terapi penggantian hormon (HRT) setelah menopause tampaknya meningkatkan risiko kanker ovarium.
Semakin lama seseorang menggunakan HRT, semakin tinggi risikonya.
Namun, risiko tampaknya turun setelah pengobatan dihentikan.
Obesitas telah dikaitkan dengan risiko lebih tinggi terkena banyak kanker.
Namun, penyebabnya masih belum diketahui sampai sekarang.
Wanita yang memiliki indeks massa tubuh (BMI) lebih dari 30 mungkin memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker ovarium.
Baca juga: Bisakah Kista Ovarium Berkembang Menjadi Kanker Ovarium?
Obesitas juga dapat berdampak negatif terhadap kelangsungan hidup secara keseluruhan seorang wanita dengan kanker ovarium.