Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

6 Alasan Psikologi di Balik Panic Buying saat Pandemi Covid-19

Kompas.com - 04/07/2021, 10:31 WIB
Mahardini Nur Afifah

Penulis

Misalkan, takut kehabisan susu atau obat tertentu, padahal produsen masih terus membuatnya.

Ketakutan antisipatif menghadapi pandemi setipe dengan rasa cemas ketika akan menerima hasil laboratorium selepas menjalani tes kesehatan.

Baca juga: 5 Alasan Kenapa Seseorang Susah Minta Maaf Menurut Psikologi

3. Ketakutan itu menular

Sama seperti virus, ketakutan atau kecemasan panic buying juga menular. Jika seseorang khawatir kehabisan suatu barang, orang lain yang melihat sekitarnya panik jadi ketularan. Padahal awalnya tidak ada alasan rasional untuk takut.

Dari satu orang yang panik dan menulari sekitarnya, akhirnya muncul sekelompok orang yang spontan panik bersama-sama.

Alasan mereka panik juga tidak rasional. Jika orang lain memborong, kenapa saya tidak ikutan juga.

4. Mentalitas kelompok

Mentalitas kelompok adalah penyebab lain orang jadi ikut-ikutan panic buying. Sebagai makhluk sosial, manusia secara alami menafsirkan situasi berbahaya berdasarkan reaksi orang sekitarnya.

Ketika naluri komunal muncul, orang-orang berhenti mempertimbangkan sesuatu secara logis dan mulai mengambil keputusan seperti orang lain.

Tak pelak, ketika semua orang panik membeli sesuatu, orang lain juga jadi ikut-ikutan.

Baca juga: Membongkar Psikologi Kenapa Banyak Orang Percaya Teori Konspirasi

5. Gagal berdamai dengan ketidakpastian

Gagal berdamai dengan ketidakpastian artinya enggan menerima hal negatif di masa depan.

Akhirnya, kondisi seperti pandemi ini banyak melahirkan rasa frustasi bagi sebagian orang. Mereka tak siap menghadapi ketidakpastian yang akan terjadi di masa depan.

Intoleransi ini semakin tinggi, terutama bagi orang yang sebelumnya punya gangguan kecemasan, atau sering mengkhawatirkan remeh-temeh.

6. Rasa kontrol berlebihan

Sejumlah orang punya kecenderungan ingin selalu bisa mengendalikan situasi. Kontrol tersebut diharapkan bisa membuahkan hasil.

Kecenderungan ini membuat sebagian orang gemar panic buying saat menghadapi pandemi Covid-19.

Dengan membeli banyak barang sekaligus yang sedang dibutuhkan orang banyak, orang tersebut jadi punya rasa bisa mengendalikan sesuatu.

Baca juga: Kenali 9 Tanda Pasangan Selingkuh Menurut Psikologi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau