KOMPAS.com - Daging sapi giling biasanya digunakan untuk membuat burger, bakso, dan sosis.
Selain itu, terkadang juga menjadi campuran pada taco, lasagna, dan pai.
Namun, karena menggiling daging membuat lebih banyak permukaannya terpapar udara, organisme pembusuk memiliki lebih banyak ruang untuk menempel padanya.
Hal ini menyebabkan daging giling akan lebih cepat rusak daripada daging potongan steak atau potongan besar lainnya.
Baca juga: Kebanyakan Makan Daging, Berikut 6 Buah untuk Mengatasi Sembelit
Bakteri pembusuk dan patogen dapat mempengaruhi daging giling.
Bakteri pembusuk umumnya tidak berbahaya, tetapi menyebabkan makanan kehilangan kualitas dan menimbulkan bau dan rasa yang tidak enak.
Di sisi lain, bakteri patogen berbahaya karena dapat menyebabkan keracunan makanan.
Berikut ini beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui apakah daging giling layak konsumsi atau tidak, seperti dilansir dari Healthline.
Daging sapi giling dapat berubah warna karena beberapa faktor, termasuk suhu, cahaya, pertumbuhan mikroba, dan paparan oksigen.
Daging sapi giling mentah segar harus berwarna merah karena kadar oksihemoglobin yakni pigmen yang terbentuk ketika protein yang disebut mioglobin bereaksi dengan oksigen.
Bagian dalam daging giling mentah mungkin berwarna coklat keabu-abuan karena kurangnya paparan oksigen.
Namun, Anda harus membuang daging giling jika bagian luarnya telah berubah menjadi cokelat atau abu-abu karena ini menunjukkan bahwa daging mulai membusuk.
Selain itu, jamur dapat merusak daging giling sehingga Anda harus membuang sisa makanan jika melihat ada bintik-bintik biru, abu-abu, atau hijau yang kabur.
Cara lain untuk memeriksa daging giling adalah dengan memegangnya.
Daging giling segar harus memiliki konsistensi yang relatif kuat yang pecah saat Anda memerasnya.