Kortikosteroid juga dapat mengganggu fungsi sel pankreas dengan menghambat jalur pensinyalan sel yang terlibat dalam pelepasan insulin dari pankreas.
Baca juga: 12 Penyebab Pankreatitis (Radang Pankreas) yang Perlu Diwaspadai
2. Penyakit pankreas
Penyakit pankreas seperti pankreatitis (radang pankreas), kanker pankreas, dan cystic fibrosis dapat menyebabkan hiperglikemia karena sel-sel pankreas rusak dalam kondisi ini.
Seperti diketahui, insulin diproduksi dan dilepaskan dari sel-sel pankreas.
Dengan peradangan dan kerusakan pankreas, sel-sel pankreas tidak lagi mampu memproduksi insulin yang cukup untuk mengeluarkan glukosa dari darah untuk mengontrol gula darah.
3. Sindrom ovarium polikistik
Sindrom ovarium polikistik atau polycystic ovarian syndrome (PCOS) adalah gangguan endokrin yang umum terjadi di antara wanita usia reproduksi.
PCOS sering ditandai dengan periode menstruasi yang tidak teratur.
Wanita dengan PCOS memiliki ketidakseimbangan hormon, seperti peningkatan kadar testosteron, insulin, dan protein inflamasi (sitokin) yang dilepaskan dari jaringan lemak.
Meskipun kadar insulin meningkat, wanita dengan PCOS menunjukkan resistensi insulin karena hormon insulin mereka tidak dapat menyerap glukosa secara memadai atau menggunakannya untuk energi.
Baca juga: Haid Tidak Teratur? Waspadai PCOS Penyebab Sulit Hamil
Reseptor insulin pada wanita dengan PCOS tidak dapat secara efisien mengikat insulin.
Karena insulin mengangkut glukosa, kelebihan glukosa tetap berada dalam aliran darah, menghasilkan hiperglikemia.
4.Trauma
Stres fisik pada tubuh, termasuk trauma, luka bakar, dan cedera lainnya dapat menyebabkan gula darah tinggi dengan mengubah cara metabolisme glukosa.
Hiperglikemia yang diinduksi stres terjadi ketika stresor fisik pada tubuh merangsang peningkatan aktivitas sistem saraf simpatik, yakni respons melawan atau lari tubuh untuk melepaskan sitokin dan hormon yang melawan efek insulin dalam menghilangkan kelebihan glukosa dari aliran darah.
Sitokin dan hormon ini seperti epinefrin meningkatkan produksi glukosa melalui pemecahan simpanan glikogen menjadi glukosa (glikogenolisis) dan konversi sumber non-karbohidrat menjadi glukosa (glukoneogenesis).
Baca juga: Memahami Hubungan Gula Darah dan Insulin
Peningkatan kadar hormon stres kortisol yang juga dilepaskan, dapat menghalangi efek insulin mengambil glukosa dari aliran darah ke dalam sel, yang selanjutnya berkontribusi pada gula darah tinggi.
5. Operasi
Perubahan metabolisme glukosa yang terjadi dari stres fisik ke tubuh juga dapat terjadi setelah operasi.
Operasi adalah bentuk stres terkontrol pada tubuh yang menghasilkan peningkatan serupa pada sitokin dan hormon yang mendorong produksi glukosa di hati dan menghalangi efek insulin untuk menghilangkan kelebihan glukosa dari darah.
Hingga 30 persen pasien dapat mengalami hiperglikemia akibat stres setelah operasi dengan kadar gula darah yang tetap tinggi lama setelah pulang dari rumah sakit.
Peningkatan gula darah setelah operasi dapat memiliki efek yang signifikan pada kesehatan secara keseluruhan, dan meningkatkan risiko terkena diabetes dan kondisi serius lainnya.
6. Infeksi
Hiperglikemia yang diinduksi stres juga dapat diakibatkan oleh stres fisik akibat infeksi, seperti pneumonia (radang paru-paru) atau infeksi saluran kemih.
Baca juga: 3 Cara Mendiagnosis Pneumonia yang Penting Diketahui
Peningkatan kadar hormon stres kortisol yang terjadi dengan infeksi menghalangi kemampuan insulin untuk mengeluarkan kelebihan glukosa dari aliran darah, menjaga tubuh dalam keadaan gula darah tinggi.
Gula darah tinggi juga merupakan hasil dari infeksi sebagai reaksi normal untuk mendukung kebutuhan organ seperti otak, ginjal, dan sel darah merah yang bergantung pada glukosa untuk energi.