Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tentang badai Sitokin yang Perlu Kamu Ketahui

Kompas.com - 27/08/2021, 20:00 WIB
Ariska Puspita Anggraini

Penulis

KOMPAS.com - Covid-19 telah menjadi ancaman global yang menyebar dengan cepat setelah dinyatakan sebagai pandemi oleh WHO.

Virus Corona menginfeksi saluran pernapasan yang mengakibatkan penumonia pada sebagian besar kasus dan sindrom gangguan pernapasan akut.

Sebagian besar kasus kematian pasien Covid-19 juga terjadi karena adanya badai sitokin.

Apa itu badai sitokin?

Badai sitkon merupakan sekelompok gejala medis di mana sistem kekebalam tubuh mengalami terlalu banyak peradangan.

Hal ini mengakibatkan organ tubuh gagal berfungsi dan memicu kematian.

Sebenarnya, badai sitokin tak hanya hanya terjadi pada pasien yang mengalami Covid-19 tetai juga bisa dialami penderita autoimun seperti artritis juvenile.

Badai sitokin juga bisa terjadi selama beberapa jenis pengobatan kanker. Biasanya, kondisi ini dipicu oleh infeksi seperti influenza.

Badai sitokin terjadi sel-sel tubuh mengirim sinyal bahaya akibat adanya virus yang masuk.

Ketika sel tersebut merasa ada hal buruk yang terjadi, maka sel tersebut akan membunuh dirinya sendiri.

Jika ada banyak sel yang melakukan hal tersebut, tentu banyak jaringan yang bisa mati. Hal inilah yang memicu badai sitokin.

Baca juga: 6 Cara Menghilangkan Batu Amandel secara Alami maupun Medis

Bagaimana mengatasinya?

Sayangnya, belum ada obat yang membantu menghentikan reaksi badai sitokin ini. Namun, akita bisa mencegah terjadinya peradangan di tubuh yang merupakan efek dari badai sitokin. Berikut berbagai cara untuk mengurangi efek peradangan akibat badai sitokin:

-Terapkan gaya hidup sehat

Gaya hidup merokok dan konsumsi alkohol berlebihan bisa meningkatkan risiko berbagai macam penyakit.

Penelitian juga menunjukan kurang tidur, stres berlebihan, merokok, dan konsumsi alkhol bisa meningkatkan peradangan di tubuh.

Karena itu. langkah terbaik untuk mengatasi efek peradangan akibat badai sitokin adalah dengan menerapkan gaya hidup sehat seperti istirahat cukup, hindari merokok dan alkohol.

- Atur pola makan

Ada beberapa senyawa yang ditemukan dalam makanan yang telah terbukti mengurangi aktivitas NRLP3 dan NFKappaB, komponen pemicu peradangan.

Makanan tersebut bisa berupa apel, bawang, iikan, dan telur. Selain mengonsumsi makanan tersebut, pasien juga perlu menghindari asupan makanan olahan karena hal itu juga bisa memicu peraangan di tubuh.

Baca juga: Kenali Gejala Inkontinensia Urine Berdasarkan Jenisnya

Selain dua cara di atas, riset dari University of Michigan menemukan bahwa Tocilizumab, obat yang awalnya dirancang untuk rheumatoid arthritis, dapat digunakan untuk menenangkan badai seperti itu pada pasien yang menerima pengobatan imunoterapi lanjutan untuk kanker.

Riset tersebut juga menemukan bahwa pasien Covid-19 yang mengalami badai sitokin 45 persen lebih kecil kemungkinannya untuk meninggal setelah mengonsumsi obat yang bisa menenangkan reaksi berlebihan dasi sistem kekebalan tubuh,

Namun, penggunaan obat-obatan tersebut tetap memerlukan pengawasan dokter, tidak bisa digunakan secara semabrangan karena kita tidak tahu efek samping apa yang akan terjadi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya
Kasus Virus Hanta Telah Terdeteksi di 4 Provinsi, Waspadai Ini Cara Penularannya…
Kasus Virus Hanta Telah Terdeteksi di 4 Provinsi, Waspadai Ini Cara Penularannya…
Health
Sering Pakai Headset? Kenali Gejala Gangguan Pendengaran Sejak Dini Sebelum Terlambat
Sering Pakai Headset? Kenali Gejala Gangguan Pendengaran Sejak Dini Sebelum Terlambat
Health
Studi: Tes Darah Ini Bisa Deteksi Kanker Tiga Tahun Sebelum Diagnosis
Studi: Tes Darah Ini Bisa Deteksi Kanker Tiga Tahun Sebelum Diagnosis
Health
Dokter Bagikan Cara Menghindari Kerusakan Pendengaran Permanen Karena Pakai Headset
Dokter Bagikan Cara Menghindari Kerusakan Pendengaran Permanen Karena Pakai Headset
Health
Kenali HFRS, Tipe Virus Hanta yang Ada di Indonesia
Kenali HFRS, Tipe Virus Hanta yang Ada di Indonesia
Health
Masa Libur Sekolah, Penyaluran MBG Fokus pada Siswa Hadir dan Kelompok Rentan
Masa Libur Sekolah, Penyaluran MBG Fokus pada Siswa Hadir dan Kelompok Rentan
Health
356 Ribu Kasus HIV Ditemukan, Kemenkes Fokus Capai Target Penanganan hingga 2030
356 Ribu Kasus HIV Ditemukan, Kemenkes Fokus Capai Target Penanganan hingga 2030
Health
Kylian Mbappe Keluar Rumah Sakit Setelah Alami Gastroenteritis Akut
Kylian Mbappe Keluar Rumah Sakit Setelah Alami Gastroenteritis Akut
Health
Terapi Pengapuran Lutut Bukan Sekadar Obat, Tapi Gaya Hidup dan Fisioterapi
Terapi Pengapuran Lutut Bukan Sekadar Obat, Tapi Gaya Hidup dan Fisioterapi
Health
Dokter Ortopedi: Pengapuran Lutut Tak Bisa Disembuhkan, Tapi Bisa Diperlambat
Dokter Ortopedi: Pengapuran Lutut Tak Bisa Disembuhkan, Tapi Bisa Diperlambat
Health
Dokter: Obat Pengapuran Lutut Hanya Mengurangi Gejala, Tak Hentikan Kerusakan Sendi
Dokter: Obat Pengapuran Lutut Hanya Mengurangi Gejala, Tak Hentikan Kerusakan Sendi
Health
Gastroenteritis Akut yang Dialami Kylian Mbappe Apa Gejalanya?
Gastroenteritis Akut yang Dialami Kylian Mbappe Apa Gejalanya?
Health
Dokter: Operasi Pengapuran Lutut Jadi Jalan Terakhir saat Nyeri Tak Tertahankan
Dokter: Operasi Pengapuran Lutut Jadi Jalan Terakhir saat Nyeri Tak Tertahankan
Health
Banyak Makan dan Pakai Hak Tinggi Bisa Percepat Pengapuran Lutut, Ini Kata Dokter
Banyak Makan dan Pakai Hak Tinggi Bisa Percepat Pengapuran Lutut, Ini Kata Dokter
Health
Dokter: Waspadai Nyeri dan Bunyi di Lutut, Bisa Jadi Gejala Pengapuran Sendi
Dokter: Waspadai Nyeri dan Bunyi di Lutut, Bisa Jadi Gejala Pengapuran Sendi
Health
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau