KOMPAS.com – Antibiotik adalah kelompok obat yang digunakan untuk mengobati infeksi bakteri dan parasite tertentu.
Meskipun efektif untuk mengatasi masalah kesehatan ini, antibiotik memang bisa saja memiliki beberapa efek negatif yang tidak diinginkan, termasuk diare.
Keluhan diare yang disebabkan oleh antibiotik biasa disebut dengan istilah antibiotic associated diarrhea (AAD).
Baca juga: 13 Penyebab Diare Setelah Makan yang Perlu Diwaspadai
Melansir WebMD, diare akibat antibiotik biasanya bersifat ringan. Tapi tetap saja, keluhan ini juga bisa parah.
Jika Anda pernah mengalami diare akibat antibiotik atau berharap untuk dapat menghindarinya, mengetahui obat mana yang paling mungkin menyebabkan diare dapat membantu Anda maupun dokter memutuskan pengobatan mana yang terbaik untuk Anda saat Anda membutuhkan antibiotik lagi.
Diare di sini dapat dipahami sebagai kondisi yang ditandai dengan buang air besar (BAB) encer hingga tiga kali sehari atau lebih.
Merangkum Verywell Health, antibiotik kemungkinan dapat menyebabkan diare karena bisa mengganggu keseimbangan bakteri baik dan bakteri jahat di saluran pencernaan.
Tubuh seperti diketahui menyimpan bakteri baik di seluruh saluran pencernaan.
Keberadaan bakteri ini bermanfaat untuk membantu mencerna dan memproses nutrisi dari makanan.
Bakteri baik juga dapat memberikan penghalang untuk pertumbuhan berlebih atau infeksi oleh bakteri lain yang dapat menyebabkan penyakit.
Baca juga: 7 Penyebab Diare dan Muntah Terjadi Bersamaan
Bila memiliki infeksi bakteri, misalnya radang tenggorokan atau infeksi saluran kemih, dokter kemungkinan akan meresepkan antibiotik untuk membunuh patogen penyebab penyakit.
Tetapi, antibiotik bekerja di seluruh tubuh dan dapat membunuh bakteri yang membuat tubuh tetap sehat maupun bakteri yang menyebabkan penyakit.
Hal itu pun dapat mengubah cara usus menangani nutrisi dan cairan, termasuk mengubah motilitasnya (caranya berkontraksi untuk memindahkan material).
Ketika kondisi itu terjadi, banyak orang akan mengalami diare.
Di samping itu, konsumsi antibiotik juga bisa mengganggu proses metabolisme. Gangguan ini dapat membuat penyerapan asam lemak rantai pendek menjadi berkurang dan pada akhirnya memicu diare.
Untungnya, dalam kebanyakan kasus, diare akibat antibiotik dilaporkan dapat sembuh dengan cepat setelah penggunaan obat tersebut dihentikan.
Tapi, siapa saja harus berkonsultasi dulu dengan dokter sebelum berhenti mengonsumsi antibiotik yang diresepkan.
Baca juga: 7 Penyebab Diare Berdarah yang Perlu Diwaspadai
Pada sejumlah kecil (1-3 persen) orang dewasa yang sehat, dapat ditemukan bakteri Clostridioides difficile (C. difficile atau C. diff) hidup di usus besar.
Pada sebagian kecil dari orang-orang tersebut, C. difficile mungkin mulai berkembang biak dan mengambil alih usus besar setelah minum antibiotik.
Sayangnya, C. difficile adalah bakteri penghasil racun yang dapat menyebabkan diare terkait antibiotik yang lebih serius.
Melansir Mayo Clinic, selain menyebabkan tinja yang encer dan BAB yang lebih sering, infeksi C. difficile dapat menyebabkan berbagai keluhan berikut:
Siapa saja penting untuk dapat menghubungi dokter segera jika memiliki tanda dan gejala yang serius dari diare terkait antibiotik.
Baca juga: 5 Cara Mengatasi Diare Secara Alami dan dengan Bantuan Obat
Sementara antibiotik apa pun dapat menyebabkan diare ringan maupun infeksi C. difficile, beberapa memiliki risiko lebih tinggi untuk melakukannya daripada yang lain.
Antibiotik yang diformulasikan untuk membunuh berbagai macam bakteri (baik dan buruk) lebih mungkin memiliki efek ini.
Antibiotik yang paling terkait dengan diare, yakni:
Sedangkan antbiotik dengan risiko sedang bisa menyebabkan diare di antaranya, yakni:
Sedangkan antbiotik dengan risiko sedang menyebabkan diare, termasuk:
Sementara, tetracycline tidak menunjukkan peningkatan risiko diare.
Baca juga: 10 Cara Mengobati Sakit Tenggorokan Secara Alami
Probiotik adalah bakteri baik yang dapat membantu meningkatkan kesehatan usus.
Selain yang berada di dalam tubuh, probiotik dapat dikonsumsi dalam yogurt, makanan fermentasi, dan suplemen.
Meskipun terbatas, ada penelitian yang menyarankan mengonsumsi probiotik dapat membantu secara signifikan menurunkan risiko diare terkait antibiotik.
Strain yang tampaknya sangat efektif untuk membatu menurunkan risiko diare terkait antibiotik adalah Lactobacillus rhamnosus GG dan Saccharomyces boulardii.
Dalam mengonsumsi probiotik ini, yang terbaik adalah lebih dulu konsultasikan rencana tersebut dengan dokter.
Jika seseorang memiliki penyakit radang usus atau inflammatory bowel disease (IBD), penting untuk berbicara dengan ahli gastroenterologi tentang antibiotik.
Sementara berbagai antibiotik telah dieksplorasi sebagai pengobatan untuk beberapa jenis penyakit radang usus besar atau komplikasinya, antibiotik juga telah dikaitkan dengan peningkatan atau perburukan penyakit ini dan peningkatan risiko infeksi C. difficile.
Penderita penyakit radang usus besar juga penting untuk dapat berkonsultasi dengan dokter lebih dulu jika berpikir ingin menggunakan probiotik untuk mengisi kembali sistem pencernaan setelah mengonsumsi antibiotik.
Baca juga: 4 Manfaat Bakteri Baik untuk Kesehatan Tubuh
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.