Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Penyebab Fibrosis Paru, Bisa dari Rokok sampai Penyakit

Kompas.com - 11/11/2021, 06:01 WIB
Mahardini Nur Afifah

Penulis

KOMPAS.com - Fibrosis paru adalah penyakit paru-paru yang menyebabkan terbentuknya jaringan parut di organ pernapasan ini.

Penyakit ini bisa merembet ke berbagai bagian paru-paru, termasuk jaringan penghubung paru-paru dan kantung udara di dalam paru-paru (alveoli).

Kerusakan paru-paru akibat fibrosis paru bersifat permanen dan tidak dapat disembuhkan.

Baca juga: 8 Gejala Fibrosis Paru yang Perlu Diwaspadai

Penderita perlu mengontrol penyakitnya dengan obat dan terapi oksigen agar sesak napas gejala utama fibrosis paru tidak mengganggu aktivitas sehari-hari.

Untuk meningkatkan kewaspadaan pada masalah kesehatan ini, kenali penyebab fibrosis paru.

Penyebab fibrosis paru

Fibrosis paru bisa membuat jaringan di sekitar dan sela-sela alveoli menebal dan terluka. Kondisi ini membuat oksigen susah masuk ke aliran darah.

Ada banyak faktor lingkungan, penyakit, efek samping pengobatan, dll. bisa jadi penyebab fibrosis paru. Berikut beberapa di antaranya:

  • Paparan zat berbahaya dalam jangka panjang

Melansir Mayo Clinic, paparan zat berbahaya dan sumber polusi udara lama-kelamaan bisa merusak paru.

Zat tersebut bisa berupa debu silika, serat asbes, debu logam, debu batubara, kotoran burung dan hewan, rokok, atau polusi udara.

  • Penyakit yang merusak paru

Melansir American Lung Association, penyakit seperti infeksi virus dan bakteri, penyakit kronis, sampai autoimun juga dapat menyebabkan fibrosis paru.

Seperti rheumatoid arthritis, skleroderma, sindrom sjogren, penyakit asam lambung kronis, sarkoidosis, radang paru-paru, Covid-19, kanker paru-paru.

  • Faktor keturunan

Di beberapa kasus yang jarang terjadi, fibrosis paru bisa berasal dari faktor keturunan.

Jika ada lebih dari dua anggota keluarga seperti orangtua atau saudara yang memiliki fibrosis paru, ada kemungkinan Anda terkena masalah kesehatan ini.

Baca juga: Apa itu Gagal Napas? Kenali Gejala, Kriteria, dan Penyebabnya

  • Terapi radiasi

Pengidap kanker paru-paru atau payudara yang menjalani terapi radiasi berisiko mengalami fibrosis paru selang beberapa bulan atau tahun.

Tingkat keparahan fibrosis paru ini tergantung sedikit banyaknya paru-paru yang terkena radiasi sampai berapa banyak radiasi dilakukan.

  • Efek samping obat tertentu

Beberapa obat keras atau obat yang dikonsumsi dalam jangka panjang lambat laun bisa merusak paru-paru.

Seperti sejumlah obat kemoterapi, obat jantung, obat antibiotik, atau obat antiperadangan.

Di luar penyebab fibrosis paru di atas, masalah kesehatan ini juga bisa muncul tanpa sebab jelas.

Baca juga: Apakah Gagal Napas Bisa Disembuhkan?

Cara mencegah fibrosis paru memburuk

Perokok, mengidap penyakit yang merusak paru, atau pernah menjalani terapi tertentu yang rawan merusak paru lebih berisiko terkena fibrosis paru.

Ketika sudah terkena fibrosis paru, Anda bisa menjaga kondisi tubuh agar tidak drop dengan beberapa langkah. Melansir Cleveland Clinic, berikut beberapa di antaranya:

  • Jaga kondisi tubuh karena pengidap fibrosis paru biasanya jadi gampang sakit. Pastikan untuk rutin cuci tangan dan minimalkan risiko agar tidak berinteraksi langsung dengan orang sakit
  • Lindungi tubuh dengan vaksin yang bisa melindungi paru-paru, seperti vaksin pneumonia dan influenza
  • Jalankan gaya hidup sehat setiap hari. Caranya denga aktif bergerak, pola makan sehat, istirahat cukup, dan setop merokok

Dengan menjaga kondisi tubuh dan rutin menjalani perawatan kesehatan, pengidap fibrosis paru bisa memiliki hidup yang lebih berkualitas.

Baca juga: 3 Perbedaan Gagal Napas Akut dan Kronis

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com