“Hasil ini menunjukkan bahwa metode pembelajaran 'mendengar dan bernyanyi' dapat memfasilitasi memori verbatim untuk frase bahasa asing yang diucapkan,” kata para peneliti sebagaimana yang dikutip dari Medical News Today.
Bukti dari penelitian semacam itu telah mengarahkan para peneliti untuk menyarankan musik dapat membantu memulihkan ingatan orang-orang dengan gangguan kognitif, seperti penyakit Alzheimer.
Baca juga: 10 Penyebab Mudah Marah, Faktor Fisik sampai Masalah Kesehatan Mental
Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Gerontologist 2014, menilai efek musik pada ingatan individu dengan demensia tahap awal.
Untuk penelitian tersebut, 89 orang dengan demensia dibagi ke 3 kelompok pelatihan, yaitu menyanyi 10 minggu, mendengarkan musik 10 minggu, atau perawatan biasa.
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa kelompok bernyanyi dan mendengarkan musik mengalami:
“Kegiatan rekreasi musik yang teratur dapat memiliki manfaat kognitif, emosional, dan sosial jangka panjang pada demensia ringan/sedang. Oleh karena itu, dapat digunakan dalam perawatan dan rehabilitasi demensia,” para penulis menyimpulkan.
Mengutip Healthline, memori musik adalah salah satu fungsi otak yang paling tahan terhadap demensia.
Itulah mengapa beberapa perawatan berhasil menggunakan musik untuk menenangkan pasien demensia dan membangun hubungan saling percaya dengan mereka.
Baca juga: 4 Manfaat Kesehatan Konsumsi Belalang yang Sayang Dilewatkan
Mengutip Medical News Today, manfaat musik lainnya adalah untuk membantu memulihkan cedera otak, seperti stroke.
Pada 2008, sebuah studi dilakukan oleh para peneliti dari University of Helsinki di Finlandia menemukan bahwa pasien stroke yang mendengarkan musik selama sekitar 2 jam setiap hari mengalami perkembangan berupa:
Selanjutnya, studi 2013 dari Korea menemukan bahwa pasien yang mengalami masalah komunikasi setelah stroke menunjukkan peningkatan kemampuan bahasa setelah 1 bulan terapi musik neurologis.
Gangguan otak yang ditandai dengan terjadinya kejang (epilepsi) juga telah disarankan menerima terapi musik.
Christine Charyton dan rekan-rekannya dari The Ohio State University Wexner Medical Center dalam sebuah penelitian menemukan sebuah temuan yang “mengejutkan”.
Otak orang dengan epilepsi menunjukkan sinkronisasi yang lebih besar dalam menanggapi musik.
Charyton mengatakan hasil penelitiannya dengan para rekannya dapat mengarah pada strategi pengobatan baru untuk epilepsi.
“Orang dengan epilepsi dapat menggunakan musik untuk bersantai. Stres menyebabkan kejang terjadi,” jelasnya.
“Dengan mendengarkan musik, banyak pasien (penderita epilepsi) melaporkan bahwa mereka merasa rileks,” imbuhnya.
Baca juga: 8 Manfaat Kesehatan Kapulaga dan Efek Sampingnya
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.