Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

4 Manfaat Musik Sebagai Obat bagi Kesehatan Mental

Kompas.com - 25/12/2021, 14:00 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

KOMPAS.com - Hampir semua orang suka mendengarkan musik, saat ingin berpesta, berolahraga dengan semangat, bersantai setelah penat bekerja, atau saat rindu seseorang.

Musik seperti bisa mempengaruhi dan mengerti kebutuhan psikologi kita.

Dalam sebuah penelitian disebutkan musik bahkan bisa berpengaruh pada pemulihan kesehatan fisik manusia.

Dari situ mungkin kita bisa menganggap musik bukan hanya sekedar karya seni, tetapi "obat" bagi kesehatan manusia.

Mengutip Medical News Today, Barbara Else, penasihat senior kebijakan dan penelitian di American Music Therapy Association berkata, "Unsur-unsur musik (irama, melodi, dll) mengalir dalam fisiologi dan keberadaan kita."

Sains melalui sejumlah penelitian kemudian membuktikan manfaat musik untuk kesehatan mental maupun fisik manusia.

Sebuah studi 2011 yang dilakukan oleh para peneliti dari McGill University di Kanada menemukan bahwa mendengarkan musik meningkatkan jumlah dopamin yang diproduksi di otak.

Dopamin adalah senyawa kimia yang meningkatkan suasana hati, menjadikannya pengobatan yang layak untuk depresi.

Baca juga: Manfaat Kesehatan Cengkih, Rempah Asli Indonesia

Mengurangi rasa sakit dan kecemasan

Mengutip Medical News Today, sebuah penelitian pada 2015 yang dipimpin oleh Brunel University di Inggris menemukan bahwa musik dapat mengurangi rasa sakit dan kecemasan bagi pasien yang baru selesai menjalani operasi.

Penelitian melakukan 72 uji coba dengan melibatkan 7.000 pasien yang menjalani operasi.

Peneliti menemukan bahwa pasien yang mendengarkan musik setelah operasi dilakukan, dilaporkan merasa lebih sedikit rasa sakit dan kecemasan dibandingkan dengan mereka yang tidak mendengarkan musik.

Pasien yang mendengarkan musik setelah operasi juga cenderung tidak memerlukan obat penghilang rasa sakit.

Efek positif musik tersebut lebih kuat untuk mereka yang memilih sendiri musik yang ingin didengar.

Pemimpin penelitian tersebut, Dr Catharine Meads berkata, "Jika musik adalah obat, itu bisa dipasarkan. Musik adalah intervensi yang telah dikenal, aman, murah yang harus tersedia bagi semua orang yang menjalankan operasi."

Baca juga: 5 Fase Kurang Tidur dan Dampaknya bagi Kesehatan

Setahun sebelumnya pada Maret, peneliti dari Denmark menemukan potensi musik yang bermanfaat bagi pasien penderita fibromyalgia.

Fibromyalgia adalah gangguan yang menyebabkan nyeri otot dan sendi, serta kelelahan.

Para peneliti mengatakan bahwa di antara 22 pasien dengan fibromyalgia, musik yang tenang, santai, dan pilih sendiri bisa "mengurangi rasa sakit dan meningkatkan mobilitas fungsional secara signifikan".

Namun, mekanisme pasti musik mengurangi rasa sakit dan kecemasan manusia belum diketahui pasti.

Banyak peneliti meyakini manfaat musik itu muncul karena salah satu alasannya adalah terpicunya opioid (pereda nyeri alami tubuh) keluar di otak.

Daniel Levitin, dari McGill University di Kanada, dan rekannnya pada 2013 berteori bahwa musik menginduksi pelepasan opioid untuk mengurangi rasa sakit.

Baca juga: 4 Manfaat Kesehatan Konsumsi Belalang yang Sayang Dilewatkan

Pereda stres dan penyakit mental

Mengutip Healthline, musik benar-benar bisa mengubah otak dan mental.

Peneliti neurologis telah menemukan bahwa mendengarkan musik memicu pelepasan beberapa zat kimia saraf yang berperan dalam fungsi otak dan kesehatan mental:

  • Dopamin: zat kimia yang terkait dengan pusat kesenangan dan “hadiah”.
  • Serotonin dan hormon lain yang terkait dengan kekebalan.
  • Oksitosin: bahan kimia yang mendorong kemampuan untuk terhubung dengan orang lain.

Mengutip Medical News Today, banyak peneliti telah mendukung manfaat musik sebagai pereda efektif stres.

Profesor Isabelle Peretz dari Pusat Penelitian Otak, Musik dan Bahasa di Universitas Montreal di Kanada menemukan hasil studi bahwa bayi dapat tenang lebih lama ketika mereka diputarkan musik dari pada diajak bicara atau berinteraksi.

Sehingga Prof Peretez dalam laporan studi Oktober 2015, menyarankan untuk memberikan musik dengan pola berulang kepada bayi untuk mengurangi tekanan.

Studi lain yang dilakukan pada 2013 menemukan bahwa mendengarkan musik tidak hanya membantu mengurangi rasa sakit dan kecemasan bagi anak-anak di Rumah Sakit Great Ormond Street Inggris, tetapi juga membantu mengurangi stres

Baca juga: Apa Pentingnya Tidur Nyenyak bagi Kesehatan?

Menurut beberapa peneliti, musik dapat membantu mengurangi stres dengan menurunkan kadar kortisol (hormon yang dilepaskan sebagai respons terhadap stres).

Namun, Dr Daniel Levitin dari McGill University di Kanada, menunjukkan bahwa efek penghilang stres ini tergantung pada jenis musik apa yang didengarkan.

Misal, dengan musik santai paling berpotensi menurunkan kadar kortisol.

Selain itu, Dr Levitin juga menemukan bahwa pilihan jenis musik dapat mempengaruhi denyut nadi, detak jantung, tekanan darah, dan suhu tubuh seseorang.

Musik dengan tempo lambat dapat menurunkan detak jantung, pernapasan, dan tekanan darah.

Sebaliknya, musik dengan tempo lebih cepat akan meningkatkan detak jantung, pernapasan, dan tekanan darah.

Efek musik pada detak jantung dan potensinya sebagai pereda stres telah membuat sejumlah peneliti percaya bahwa musik juga efektif untuk mengobati kondisi jantung.

Sebuah penelitian dari Universitas Oxford Inggris yang dipresentasikan di British Cardiology Society Conference pada awal 2015, menemukan frasa musik yang diulang dapat membantu mengontrol detak jantung dan mengurangi tekanan darah.

Namun penelitian lebih lanjut diperlukan.

Baca juga: 7 Manfaat Biji Ketumbar bagi Kesehatan dan Risikonya

Meningkatkan memori

Sebagian orang memiliki lagu yang mengingatkannya tentang suatu perisitwa dalam hidupnya.

Hal itu menarik para peneliti untuk menyelidiki hubungan musik dengan penguatan daya ingat.

Pada 2013, sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Memory & Cognition meneliti 60 orang dewasa yang sedang belajar bahasa Hongaria.

Mereka secara acak dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu mengucapkan frasa bahasa Hongaria yang tidak dikenal, mengucapkan frasa yang sama dengan gaya berirama, dan menyanyikan frasa tersebut.

Ketika diminta untuk mengingat frasa, para peneliti menemukan peserta yang menyanyikan frasa memiliki akurasi ingatan yang jauh lebih tinggi dari pada dua kelompok lainnya.

“Hasil ini menunjukkan bahwa metode pembelajaran 'mendengar dan bernyanyi' dapat memfasilitasi memori verbatim untuk frase bahasa asing yang diucapkan,” kata para peneliti sebagaimana yang dikutip dari Medical News Today.

Bukti dari penelitian semacam itu telah mengarahkan para peneliti untuk menyarankan musik dapat membantu memulihkan ingatan orang-orang dengan gangguan kognitif, seperti penyakit Alzheimer.

Baca juga: 10 Penyebab Mudah Marah, Faktor Fisik sampai Masalah Kesehatan Mental

Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Gerontologist 2014, menilai efek musik pada ingatan individu dengan demensia tahap awal.

Untuk penelitian tersebut, 89 orang dengan demensia dibagi ke 3 kelompok pelatihan, yaitu menyanyi 10 minggu, mendengarkan musik 10 minggu, atau perawatan biasa.

Hasil penelitian mengungkapkan bahwa kelompok bernyanyi dan mendengarkan musik mengalami:

  • Suasana hati yang lebih baik.
  • Sehat secara keseluruhan.
  • Memori episodik yang lebih baik pada penilaian kognitif.

“Kegiatan rekreasi musik yang teratur dapat memiliki manfaat kognitif, emosional, dan sosial jangka panjang pada demensia ringan/sedang. Oleh karena itu, dapat digunakan dalam perawatan dan rehabilitasi demensia,” para penulis menyimpulkan.

Mengutip Healthline, memori musik adalah salah satu fungsi otak yang paling tahan terhadap demensia.

Itulah mengapa beberapa perawatan berhasil menggunakan musik untuk menenangkan pasien demensia dan membangun hubungan saling percaya dengan mereka.

Baca juga: 4 Manfaat Kesehatan Konsumsi Belalang yang Sayang Dilewatkan

Membantu memulihkan cedera otak

Mengutip Medical News Today, manfaat musik lainnya adalah untuk membantu memulihkan cedera otak, seperti stroke.

Pada 2008, sebuah studi dilakukan oleh para peneliti dari University of Helsinki di Finlandia menemukan bahwa pasien stroke yang mendengarkan musik selama sekitar 2 jam setiap hari mengalami perkembangan berupa:

  • Memori dan perhatian verbal yang lebih baik.
  • Suasana hati yang lebih positif.

Selanjutnya, studi 2013 dari Korea menemukan bahwa pasien yang mengalami masalah komunikasi setelah stroke menunjukkan peningkatan kemampuan bahasa setelah 1 bulan terapi musik neurologis.

Gangguan otak yang ditandai dengan terjadinya kejang (epilepsi) juga telah disarankan menerima terapi musik.

Christine Charyton dan rekan-rekannya dari The Ohio State University Wexner Medical Center dalam sebuah penelitian menemukan sebuah temuan yang “mengejutkan”.

Otak orang dengan epilepsi menunjukkan sinkronisasi yang lebih besar dalam menanggapi musik.

Charyton mengatakan hasil penelitiannya dengan para rekannya dapat mengarah pada strategi pengobatan baru untuk epilepsi.

“Orang dengan epilepsi dapat menggunakan musik untuk bersantai. Stres menyebabkan kejang terjadi,” jelasnya.

“Dengan mendengarkan musik, banyak pasien (penderita epilepsi) melaporkan bahwa mereka merasa rileks,” imbuhnya.

Baca juga: 8 Manfaat Kesehatan Kapulaga dan Efek Sampingnya

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau