Satu studi menemukan bahwa camilan kedelai berprotein tinggi meningkatkan rasa kenyang, dan kualitas diet dibandingkan dengan camilan tinggi lemak.
Selain itu, penelitian menunjukkan bahwa protein kedelai bisa sama efektifnya dengan protein berbasis daging dalam hal pengendalian napsu makan.
Dalam sebuah studi 2014, 20 pria dengan obesitas diberikan diet protein tinggi yang dibedakan berdasarkan berbasis kedelai dan berbasis daging.
Setelah 2 minggu, ditemukan bahwa kedua pola diet menyebabkan penurunan berat badan, penurunan rasa lapar, dan peningkatan rasa kenyang, tanpa perbedaan yang signifikan antara kedua sumber protein tersebut.
Baca juga: 6 Manfaat Tempe untuk Kesehatan yang Sayang Dilewatkan
Mengutip Healthline, tempe secara tradisional dibuat dari kedelai, yang mengandung senyawa tumbuhan alami yang disebut isoflavon.
Isoflavon kedelai telah dikaitkan dengan penurunan kadar kolesterol.
Terdapat 11 studi yang menemukan bahwa isoflavon kedelai mampu secara signifikan menurunkan kolesterol total dan LDL (jahat) dalam tubuh manusia.
Studi lain menemukan efek protein kedelai terhadap kadar kolesterol dan trigliserida.
Dalam studi tersebut, 42 peserta makan makanan yang mengandung protein kedelai atau protein hewani selama periode 6 minggu.
Dibandingkan dengan protein hewani, protein kedelai menurunkan kolesterol LDL (jahat) sebesar 5,7 persen dan kolesterol total sebesar 4,4 persen.
Protein kedelai juga menurunkan trigliserida sebesar 13,3 persen.
Meskipun sebagian besar penelitian yang tersedia berfokus pada efek isoflavon kedelai dan protein kedelai pada kolesterol darah, ada satu penelitian berfokus secara khusus pada tempe.
Sebuah penelitian pada 2013 meneliti efek makan tempe pada tikus yang memiliki kerusakan hati.
Ditemukan bahwa makan tempe memiliki efek perlindungan pada hati dan mampu memperbaiki kerusakan sel-sel hati tikus.
Tempe juga menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida.
Baca juga: Terbuat dari Ampas Tahu, Ini Manfaat Tempe Gembus bagi Kesehatan
Mengutip Healthline, studi menunjukkan bahwa isoflavon kedelai juga memiliki sifat antioksidan dan dapat mengurangi stres oksidatif.
Antioksidan bekerja dengan menetralkan radikal bebas yang dapat berkontribusi pada perkembangan kondisi kesehatan kronis.
Penumpukan radikal bebas berbahaya karena telah dikaitkan dengan banyak penyakit, meliputi diabetes, penyakit jantung, dan kanker.
Sejumlah penelitian telah menunjukkan bahwa isoflavon dapat mengurangi gejala stres oksidatif dengan meningkatkan aktivitas antioksidan dalam tubuh.