KOMPAS.com - Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), sekitar 3.400 bayi meninggal setiap tahun karena sindrom kematian mendadak.
Sindrom kematian mendadak adalah kematian tiba-tina pada bayi yang tidak memeiliki penyebab pasti.
Menurut dokter anak dari Cleveland Clinic, Raj Rambhatla, mengatakan bahwa sindrom kematian mendadak pada bayi sebagian besar disebabkan oleh cacat pada otak bayi yang mengontrol pernapasan saat tidur.
Baca juga: 8 Gejala Stroke pada Anak, dari Kejang hingga Badan Lunglai
Agar orangtua lebih waspada, berikut faktor risiko sindrom kematian mendadak pada bayi:
1. Penyakit pernapasan atau infeksi
Jika bayi Anda sakit pilek atau memiliki penyakit pernapasan, mereka bisa kesulitan bernapas saat tidur.
Hal inilah yang bisa memicu sindrom kematian mendadak pada bayi,
2. Bayi lahir prematur
Bayi yang lahir prematur biasanya memiliki organ yang belum berkembang sempurna. Sistem di otak di mereka juga belum matang sehingga tidak dapat mengontrol pernapasan dan detak jantung yang baik saat tidur.
3. Paparan asap orang
Bayi yang sering terpapar asap rokok rentan mengalami masalah pernapasan dan meningkatkan risiko sindrom kematian mendadak pada bayi.
Sindrom kematian mendadak bisa dicegah dengan cara berikut:
Jika memungkinkan, berikan bayi Anda ASI ekslusif minimal sampai usia mereka 6 bulan.
Penelitian juga menunjukkan bahwa menyusui dapat mengurangi risiko sindrom kematian mendadak pada bayi hingga 50 persen.
Berdasarkan data CDC, banyak bayi meninggal karena sindrom kematian mendadak memiliki kadar nikotin yang tinggi di paru-paru mereka.