Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Hanya Fisik, Menopause juga Bisa Berdampak pada Kesehatan Mental

Kompas.com - 12/01/2022, 14:00 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

KOMPAS.com - Seorang wanita akan mengalami efek samping menopause tidak hanya sebatas fisik, tetapi juga kesehatan mental.

Mengutip Mental Health, perubahan suasana hati dianggap sebagai efek samping menopause terhadap kesehatan mental wanita.

Kondisi mental tersebut hampir sama seperti sindrom pramenstruasi konstan (PMS), memberikan efek ketegangan emosional.

Mengutip Healthline, mendekati usia paruh baya pada dasarnya sering membawa peningkatan stres, kecemasan, dan ketakutan.

Bahkan bagi sebagian wanita menopause mungkin menganggap itu sebagai fase yang mengisolasinya.

Baca juga: Bisa Pertanda Kondisi Serius, Kenali Penyebab Kram setelah Menopause

Menopause dan kondisi kesehatan mental

Mengutip Mental Health, menopause bukanlah kondisi kesehatan mental, tetapi hal itu dapat memengaruhi kesehatan mental seorang wanita.

Perubahan hormon selama menopause terkadang dapat memperburuk kondisi kesehatan mental.

  • Jika memiliki riwayat depresi, kemungkinan besar akan mengalami depresi selama menopause.
  • Jika memiliki gangguan bipolar, kemungkinan mengalami lebih banyak episode depresi. Ini mungkin terkait dengan penurunan estrogen.
  • Jika menderita skizofrenia, kemungkinan mendapati gejalanya memburuk dan memerlukan dosis obat yang lebih tinggi.

Tidak semua wanita terpengaruh, tetapi bicarakan dengan dokter jika merasa kondisi kesehatan mental lebih sulit untuk ditangani.

Perubahan pada perawatan mental efek samping menopause dapat membantu seorang wanita merasa lebih baik.

Baca juga: 4 Pelumas Vagina untuk Wanita yang Sudah Menopause

Menopause dan depresi

Mengutip Mental Health, penelitian menunjukkan wanita yang mengalami PMS parah di masa muda mereka atau mengalami depresi pascapersalinan berpotensi memiliki perubahan suasana hati yang lebih parah selama perimenopause.

Wanita dengan riwayat depresi klinis seringkali lebih mungkin mengalami depresi klinis berulang selama menopause.

Gejala depresi

Mengutip Healthline, semua orang merasa sedih sesekali. Namun jika seseorang sering merasa sedih, menangis, putus asa, atau kosong, mungkin ia mengalami depresi.

Gejala depresi lainnya termasuk:

  1. Lekas marah, frustrasi, atau ledakan kemarahan
  2. Kecemasan, kegelisahan, atau agitasi
  3. Perasaan bersalah atau tidak berharga
  4. Kehilangan minat pada aktivitas yang biasa dinikmati
  5. Kesulitan berkonsentrasi atau membuat keputusan
  6. Hilang ingatan
  7. Kekurangan energi
  8. Tidur terlalu sedikit atau terlalu banyak
  9. Perubahan nafsu makan
  10. Rasa sakit fisik yang tidak dapat dijelaskan

Risiko depresi efek samping menopause

Mengutip Healthline, faktor yang bisa mempengaruhi kesehatan mental seorang wanita menopause tidak hanya penurunan estrogen.

Ada beberapa faktor lainnya, yaitu:

  1. Diagnosis dengan depresi sebelum menopause.
  2. Perasaan negatif terhadap menopause atau gagasan tentang penuaan.
  3. Peningkatan stres, baik dari pekerjaan atau hubungan pribadi.
  4. Ketidakpuasan tentang pekerjaan, lingkungan hidup, atau situasi keuangan.
  5. Harga diri rendah atau kecemasan.
  6. Tidak merasa didukung oleh orang-orang di sekitar.
  7. Kurang olahraga atau aktivitas fisik.
  8. Merokok.

Baca juga: 6 Ciri ciri Haid Menjelang Menopause

Menopause dan gangguan bipolar

Mengutip Mental Health, efek samping menopause telah terbukti meningkatkan gejala gangguan bipolar.

Penelitian menunjukkan bahwa wanita dengan gangguan bipolar lebih sensitif terhadap perubahan hormonal selama menopause.

Saat menopause, wanita yang hidup dengan gangguan bipolar melaporkan episode depresi lebih sering.

Hal ini kemungkinan terkait dengan penurunan hormon estrogen, yang secara alami terjadi saat menopause.

Mengutip Medical News Today, seseorang perlu mengalami setidaknya satu episode mania (hipomania) yang merupakan suasana hati "tinggi", untuk diagnosis gangguan bipolar.

Ini menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5), yang diterbitkan oleh American Psychiatric Association.

Gejala mania termasuk:

  1. Merasa "tinggi".
  2. Merasa gelisah atau jengkel.
  3. Mengalami peningkatan energi.
  4. Memiliki harga diri yang tinggi.
  5. Merasa mampu melakukan apapun.
  6. Mengalami penurunan tidur dan nafsu makan.
  7. Berbicara lebih cepat dan lebih dari biasanya.
  8. Memiliki ide yang cepat atau pemikiran yang berlomba.
  9. Menjadi mudah terganggu.
  10. Mengambil lebih banyak risiko, seperti menghabiskan banyak uang atau melakukan aktivitas berbahaya.

Banyak orang dengan gangguan bipolar juga mengalami setidaknya satu episode depresi, yang bisa parah.

Sekitar 20 persen wanita dengan gangguan bipolar memiliki gejala (terutama depresi) yang memburuk saat menopause.

Baca juga: Gairah Seks Menurun Setelah Menopause, Begini Cara Mengatasinya

Menopause dan skizofrenia

Mengutip Mental Health, penelitian telah menunjukkan bahwa penurunan estrogen dapat memicu atau memperburuk masalah kesehatan mental, termasuk gejala psikotik skizofrenia.

Wanita dengan skizofrenia kronis yang sudah ada sebelumnya mungkin mengalami kondisi yang memburuk dan membutuhkan dosis obat yang lebih tinggi.

Perimenopause juga dapat meningkatkan risiko onset pertama psikosis skizofrenia.

Skizofrenia biasanya dimulai pada masa muda, kemudian ada puncak kedua sekitar masa menopause.

Gejala psikotik skizofrenia, seperti halusinasi dan delusi yang menjadi aktif saat wanita mendekati menopause.

Mengutip Mayo Clinic, gejala skizofrenia meliputi:

  • Delusi

Keyakinan palsu yang tidak didasarkan pada kenyataan. Misalnya, berpikir bahwa sedang disakiti atau dilecehkan. Delusi terjadi pada kebanyakan orang dengan skizofrenia.

  • Halusinasi

Biasanya berupa penglihatan atau pendengaran tentang hal-hal yang tidak ada. Halusinasi dapat terjadi pada banyak indera, tetapi mendengar suara adalah halusinasi yang paling umum.

  • Pikiran tidak teratur

Pemikiran yang tidak terorganisir disimpulkan dari ucapan yang tidak terorganisir. Komunikasi yang efektif dapat terganggu, dan jawaban atas pertanyaan mungkin sebagian atau seluruhnya tidak berhubungan.

Perilaku motorik yang sangat tidak teratur atau abnormal: bisa mungkin terlihat dalam beberapa bentuk, dari kekonyolan seperti anak kecil hingga agitasi yang tidak terduga.

Perilaku dapat mencakup penolakan terhadap instruksi, postur yang tidak pantas atau aneh, kurangnya respons, atau gerakan yang tidak berguna dan berlebihan.

  • Respons negatif

Ini mengacu pada berkurangnya atau kurangnya kemampuan untuk berfungsi secara normal.

Misalnya, orang tersebut mungkin mengabaikan kebersihan pribadi atau tampak kurang emosi (tidak melakukan kontak mata, tidak mengubah ekspresi wajah atau berbicara dengan nada monoton).

Baca juga: Apakah Wanita yang Sudah Menopause Masih Bisa Hamil?

Menjaga kesehatan mental setelah menopause

Mengutip Healtline, ada beberapa cara umum yang dapat dilakukan seorang wanita untuk mengurangi efek samping menopause terkait kesehatan mentalnya, yaitu:

  • Tidur yang cukup

Banyak wanita menopause mengalami masalah tidur.

Jadi, dokter mungkin akan menyarankan wanita menopause untuk tidur lebih banyak di malam hari.

Biasanya wanita menopause dianjurkan untuk mengikuti jadwal tidur yang teratur dengan pergi tidur pada waktu yang sama setiap malam dan bangun pada waktu yang sama setiap pagi.

Menjaga kamar tidur tetap gelap, tenang, dan sejuk saat tidur juga dapat membantu.

  • Berolahragalah secara teratur

Olahraga teratur dapat membantu mengurangi masalah kesehatan mental wanita menopause, sekaligus meningkatkan energi positif dan suasana hati.

Dianjurkan untuk wanita menopause berolahraga setidaknya 30 menit sehari, 5 hari seminggu.

Misalnya, jalan cepat atau bersepeda, berenang di kolam renang, atau bermain tenis.

Penting juga untuk memasukkan setidaknya dua sesi aktivitas penguatan otot dalam rutinitas mingguan.

Angkat berat, aktivitas dengan band resistensi, dan yoga mungkin merupakan pilihan yang baik.

Pastikan untuk mendiskusikan rutinitas olahraga yang direncanakan dengan dokter.

Baca juga: 10 Penyebab Menopause Dini pada Wanita

  • Relaksasi

Yoga, tai chi, meditasi, dan pijat adalah aktivitas santai yang dapat membantu mengurangi stres.

Aktivitas relaksasi itu mungkin juga memiliki manfaat tambahan untuk membantu wanita menopause tidur lebih nyenyak di malam hari.

  • Berhenti merokok

Penelitian menunjukkan bahwa wanita menopause yang merokok memiliki risiko lebih besar terkena depresi, dibandingkan dengan bukan perokok.

Jika saat ini merokok, disarankan minta bantuan kepada dokter untuk menghentikan kebiasaan tersebut.

Dokter dapat memberi informasi tentang alat dan teknik berhenti merokok.

  • Cari grup dukungan

Dukungan sosial teman dan anggota keluarga sangat berharga untuk menjaga kesehatan mental seorang wanita menopause.

Selain itu, seorang wanita menopause juga bisa berkomunitas dengan sesama wanita menopause untuk meningkatkan kesehatan mentalnya.

Cara ini bisa mengingatkan wanita menopause bahwa ia tidak sendirian. Ada orang lain yang juga mengalami perubahan yang sama dengannya.

Baca juga: Menopause Dini pada Wanita Terjadi Pada Usia Berapa?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau