Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BKKBN Siapkan "Tim Pendamping Warga" untuk Kejar Target Stunting Nasional

Kompas.com - 27/01/2022, 07:00 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

KOMPAS.com - Indonesia mengejar target penurunan jumlah kasus stunting sebesar 14 persen pada 2024, BKKBN gerakkan program darurat dengan "Tim Pendamping Warga".

Menurut data statistik 2019, jumlah kasus stunting di Indonesia masih sebesar 27,67 persen.

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo mengatakan bahwa saat ini jumlah tambahan kasus stunting di Indonesia setiap tahun masih mendekati 1 juta.

Baca juga: Penyebab Stunting dan Cara Mengatasinya

Untuk mencapai target pada 2024, Hasto menyebutkan tidak boleh ada jumlah tambahan kasus stunting setiap tahun lebih dari 600 ribu.

"Sehingga, saya harus mengawal betul," kata Hasto dalam acara webinar Kompas Talks "Bersama Cegah Stunting, Wujudkan Generasi Sehat di Masa Depan" pada Rabu (26/1/2022).

Ia mengatakan BKKBN memiliki program darurat untuk mengawal 2,5 tahun waktu yang tersisa dalam mencapai target 14 persen pada 2024.

Baca juga: Bukti Sinergi dan Kolaborasi Jadi Kunci Atasi Stunting

"Program darurat itu adalah program menyiapkan mereka yang mau hamil, mengawal mereka yang hamil, dan juga mengawal anak sebelum usia 1000 hari kehidupan pertama atau sebelum usia 2 tahun," ungkapnya.

BKKBN menyiapkan pengawal untuk keluarga calon orang tua anak yang diberi nama "Tim Pendamping Warga".

"Berapa yang dikawal? Yang nikah itu 2 juta, hamil 5 juta, anak usia 1000 hari kehidupan pertama 10 juta. Jadi, total ada 17 juta," sebutnya.

Kemudian, menurut perhitungnya pada 2024 ada sekitar 23 juta balita dan tidak boleh ada kasus stunting lebih dari 3 juta kalau untuk bisa mencapai target 14 persen.

Baca juga: 5 Cara Mencegah Stunting pada Anak

Pelaksanaan program darurat

Hasto mengatakan telah ada 200 ribu Tim Pendamping Warga yang telah dibentuk BKKBN.

Tim Pendamping Warga itu terdiri dari 3 orang, yaitu bidan, perwakilan PKK, dan penyuluh BKKBN.

"Saya perlu ahli gizi, tetapi di desa tidak ada. Jadi kami ambil bidan di desa, nanti ahli gizinya di kecamatan," ucapnya.

Program darurat itu sedang berjalan di mana 200 ribu tim telah diangkat pada November. Kemudian, selama 1 bulan dilakukan pelatihan.

Baca juga: Jangan Dibuang, Kolostrum Bisa Bantu Cegah Stunting pada Bayi

"Januari sudah mulai exercise di lapangan. Jadi, artinya kan sudah jalan programnya," ujar kepala BKKBN tersebut.

Sementara itu, BKKBN telah mendata satu per satu 68 juta keluarga Indonesia dari April 2021 hingga Juni 2021.

"Ini anaknya berapa, ekonominya seperti apa, pendidikannya seperti apa, ada 58 variabel yang kita tanyakan," terangnya.

"Sehingga, hari ini BKKBN bisa mengklasifikasikan mana yang sejahtera, pra sejahtera, mana yang berisiko tinggi untuk melahirkan anak stunting, mana keluarga yang berpotensi melahirkan anak stunting, bisa kita petakan," lanjutnya.

"Data itu sangat penting sekali, maka sudah kami siapkan," imbuhnya.

Baca juga: Kasus Covid-19 Meningkat, Pentingkah Vaksin Booster Untuk Anak-Anak?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau