Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenapa Sering Makan Mie Instan Bisa Berdampak Buruk pada Kesehatan?

Kompas.com - 11/02/2022, 18:00 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

KOMPAS.com - Mie instan merupakan produk kemasan ekonomis yang sering kali kita jadikan makanan utama beberapa kali dalam sebulan. Namun, dianggap tidak sehat, kenapa?  

Mie instan adalah jenis mie yang sudah melalui proses pemasakan sebelumnya yang biasanya kemudian dijual dalam kemasan, cangkir, atau mangkuk tersendiri.

Mie instan biasanya dilengkapi dengan penyedap rasa yang berisi bumbu, garam, dan monosodium glutamat (MSG).

Baca juga: 3 Cara Memasak Mie Instan Agar Lebih Sehat

Mengutip Parkway East, terlalu sering makan mie instan bisa menyebabkan dampak buruk bagi kesehatan karena kandungan gizinya sedikit.

Berikut kandungan gizi rata-rata mie instan dalam 1 porsi (43 gram):

  • Kalori: 385 kkal
  • Karbohidrat: 55,7 gram
  • Total lemak: 14,5 gram
  • Lemak jenuh: 6,5 gram
  • Protein: 7,9 gram
  • Serat: 2 gram
  • Natrium: 986 mg
  • Tiamin: 0,6 mg
  • Niasin: 4,6 mg
  • Riboflavin: 0,4 mg

Sebagian produk mie instan mungkin rendah kalori, tetapi juga rendah serat dan protein.

Mie instan juga terkenal karena tinggi lemak, karbohidrat, dan natrium.

Meskipun kamu bisa mendapatkan beberapa mikronutrien dari mie instan, mereka kekurangan nutrisi penting, seperti vitamin A, vitamin C, vitamin B12, dan banyak lagi.

Baca juga: Waspadai Efek Buruk Makan Mi Instan Saat Buka Puasa dan Sahur

1. Tinggi natrium

Satu porsi mie instan bisa mengandung natrium antara ratusan hingga ribuan miligram per 100 gram porsi.

Mengutip Healthline, ada bukti yang menunjukkan bahwa asupan natrium yang tinggi berpotensi memiliki efek negatif pada orang-orang tertentu yang dianggap sensitif terhadap garam.

Orang-orang tersebut mungkin lebih rentan terhadap efek natrium dan peningkatan asupan natrium dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah.

Mereka yang berkulit hitam berusia di atas 40 tahun atau yang memiliki riwayat keluarga dengan tekanan darah tinggi adalah yang paling mungkin terkena dampak buruknya.

Mengutip Parkway East, mengkonsumsi tinggi garam telah dikaitkan dengan peningkatkan:

  • Risiko kanker perut
  • Penyakit jantung
  • Stroke

Khusus pada individu yang dianggap sensitif terhadap garam, makan mie instan yang tinggi natrium berpotensi meningkatkan risiko:

  • Tekanan darah tinggi
  • Jantung
  • Ginjal.

WHO merekomendasikan asupan natrium 2 gram per hari, sehingga mengkonsumsi satu bungkus mie instan saja akan membuat individu sangat sulit untuk menjaga asupan natrium dalam batas yang disarankan.

Baca juga: Bagaimana Gorengan dan Mi Instan Bisa Memicu Kanker?

2. Mengandung MSG

Kebanyakan mie instan mengandung bahan tambahan yang dikenal sebagai monosodium glutamat (MSG), yang umum digunakan untuk meningkatkan rasa pada makanan olahan.

Mengutip Healthline, meski MSG dinyatakan aman dikonsumsi, beberapa penelitian telah mengaitkan konsumsi MSG yang sangat tinggi dapat menyebabkan dampak buruk bagi kesehatan, seperti:

  • Penambahan berat badan
  • Tekanan darah tinggi
  • Sakit kepala
  • Mual.

Namun, penelitian lain tidak menemukan hubungan antara berat badan dan MSG ketika orang mengonsumsinya dalam jumlah sedang.

Beberapa penelitian juga menunjukkan MSG dapat berdampak negatif terhadap kesehatan otak.

Satu studi tabung reaksi menemukan bahwa MSG dapat menyebabkan pembengkakan dan kematian sel-sel otak dewasa.

Meskipun MSG kemungkinan aman dikonsumsi dalam jumlah sedang, beberapa orang mungkin memiliki kepekaan terhadap MSG dan harus membatasi asupan itu.

Kondisi tersebut dikenal sebagai gejala kompleks MSG.

Penderita mungkin mengalami gejala, seperti:

  • Sakit kepala
  • Ketegangan otot
  • Mati rasa
  • Kesemutan.

Baca juga: Bukan Mi Instan, Begini Stok Makanan Sehat saat Corona Merebak

3. Mie instan terakit penurunkan kualitas pola makan

Mengutip Healthline, beberapa penelitian telah menemukan bahwa konsumsi mie instan secara teratur dapat dikaitkan dengan kualitas pola makan yang buruk secara keseluruhan.

Sebuah penelitian membandingkan pola makan konsumen mie instan dan konsumen non-mie instan.

Konsumen mie instan secara signifikan mereka mengalami penurunan asupan:

  • Protein
  • Kalsium
  • Vitamin C
  • Fosfor
  • Zat besi
  • Niasin
  • Vitamin A.

Selain itu, penelitian ini menemukan bahwa konsumen mie instan mengalami peningkatan asupan natrium dan kalori dibandingkan dengan konsumen non-mie instan.

Mie instan juga dapat meningkatkan risiko mengembangkan sindrom metabolik, suatu kondisi yang meningkatkan risiko:

  • Penyakit jantung
  • Diabetes
  • Stroke.

Sebuah studi 2014 mengamati pola makan 10.711 orang dewasa.

Ditemukan bahwa makan mie instan setidaknya 2 kali seminggu meningkatkan risiko sindrom metabolik pada wanita.

Dalam sebuah studi lainnya terhadap 3.450 orang usia dewasa awal, menunjukkan mereka yang mengonsumsi mie instan dikaitkan dengan penurunan kadar vitamin D.

Baca juga: Ardi Bakrie Makan Mi Instan Kedaluwarsa, Ini Bahayanya bagi Tubuh

4. Rendah serat dan protein

Mengutip Healthline, makan mie instan yang rendah serat dan protein berpotensi meningkatkan berat badan.

Satu porsi mie instan kemungkinan besar tidak akan mengurangi rasa lapar atau kenyang.

Penting diketahui bahwa protein telah terbukti meningkatkan perasaan kenyang dan mengurangi rasa lapar, menjadikannya zat yang berguna dalam menjaga berat badan.

Serat adalah jenis mineral yang bergerak perlahan melalui saluran pencernaan, membantu meningkatkan perasaan kenyang, sekaligus meningkatkan penurunan berat badan.

Baca juga: Dianggap Bahaya, Bolehkah Kita Mengonsumsi Mie dengan Nasi?

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com