Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 02/04/2022, 11:31 WIB
Mahardini Nur Afifah

Penulis

KOMPAS.com - Di balik kewajiban menjalankan puasa di bulan Ramadhan, ibadah ini memiliki hikmah bagi kesehatan apabila dikerjakan dengan benar.

Selama puasa, proses metabolisme tubuh kita akan mengalami perubahan yang berarti.

Simak perubahan dalam tubuh kita selama puasa sampai manfaat puasa dari kacamata sains berikut ini.

Baca juga: 10 Tips Puasa Lancar Setelah Sembuh Covid-19

Apa yang terjadi pada tubuh saat kita puasa?

Tubuh bakal memasuki mode puasa ketika usus selesai menyerap nutrisi dari makanan dan minuman yang dikonsumsi.

Dikutip dari Healthily, momentum ini terjadi selang sekitar delapan jam setelah tubuh terakhir dipasok asupan.

Dalam kondisi normal, glukosa adalah sumber energi utama tubuh. Sumber energi ini disimpan di organ hati dan otot.

Ketika puasa dan cadangan glukosa habis, tubuh bakal memanfaatkan lemak sebagai sumber energi cadangan.

Proses transisi atau perubahan penggunaan energi (metabolisme) glukosa menjadi lemak selama puasa terjadi secara lembut atau tidak serampangan.

Baca juga: 4 Cara Bangun Sahur Agar Tidak Telat Saat Puasa Ramadhan

Ketika banyak lemak yang dibakar sebagai sumber tenaga, praktis berat badan sampai kadar kolesterol lebih terkontrol.

Selain itu, proses metabolisme ini juga membuat puasa bermanfaat untuk mengendalikan kadar gula darah dan tekanan darah.

Selang beberapa hari setelah puasa, perubahan metabolisme ini membuat kadar endorfin dalam darah meningkat.

Imbasnya, orang yang berpuasa bakal merasa lebih bahagia dan kondisi kesehatan mentalnya lebih baik.

Berbagai perubahan tubuh saat puasa ini bisa memberikan manfaat positif bagi kesehatan, asalkan kita tekun mengonsumsi asupan bergizi seimbang dan minim lemak jahat saat sahur dan berbuka.

Baca juga: Kapan Sebaiknya Anak Belajar Puasa? Ini Penjelasan Dokter

Dehidrasi ringan selama puasa wajar, asal….

Tak hanya pantang makan, selama puasa tubuh juga tidak mendapatkan asupan cairan. Namun, tubuh kita sudah dirancang cukup cerdas untuk menghemat air agar tidak dehidrasi.

Dikutip dari British Nutrition Foundation, tubuh tidak dapat menyimpan air. Namun, organ ginjal bakal bekerja menghemat air sebanyak mungkin. Caranya dengan meminimalkan air keluar dari tubuh lewat urine.

Meskipun sudah dihemat, setiap orang yang berpuasa tetap bakal kehilangan cairan secara bertahap ketika buang air, atau lewat kulit saat berkeringat.

Untuk itu, ketika cuaca puasa cenderung panas dan waktu puasa lebih lama, orang yang menjalani ibadah puasa bakal merasakan dehidrasi ringan.

Tanda-tanda tubuh mengalami dehidrasi ringan saat puasa di antaranya sakit kepala, agak lemas, dan susah konsentrasi.

Kendati tubuh dehidrasi ringan, namun penelitian menunjukkan bahwa kondisi ini aman dan tidak berbahaya bagi kesehatan.

Baca juga: 6 Tips Puasa untuk Penderita Asam Lambung

Asalkan, setelah berbuka kita bergegas memasok cairan yang cukup, untuk menggantikan cairan yang hilang selama puasa.

Selain minum, setelah buka puasa Anda juga dianjurkan mengonsumsi makanan yang banyak mengandung cairan. Di antaranya sup, sayur, dan buah-buahan.

Waspadai kekurangan cairan saat puasa. Tak hanya dehidrasi, imbasnya juga bisa menyebabkan sembelit atau susah buang air besar.

Dengan menjaga pola makan sehat dan mencukupi kebutuhan cairan, perubahan metabolisme tubuh saat puasa tidak lagi menjadi persoalan. Sebaliknya, kita bisa memetik hikmat bagi kesehatan saat puasa.

Baca juga: 8 Cara Mengatasi Asam Lambung Naik saat Puasa

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau