Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Faktor Risiko Demensia Ternyata Bisa Dicegah dengan Cara Sederhana

Kompas.com - 12/06/2022, 06:00 WIB
Elizabeth Ayudya Ratna Rininta,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Demensia adalah kondisi ketika seseorang penderitanya mengalami penurunan fungsi otak. Saat ini, ada sekitar 50 juta orang dengan demensia yang jumlahnya ditaksir bisa melambung tiga kali lipat pada 2050.

Demensia dapat menyebabkan penderitanya kehilangan kemampuan berpikir, mengendalikan emosi, pikun, hingga mengganggu aktivitas sehari-hari.

Baca juga: Demensia

Gejala demensia umumnya muncul dalam tiga tahap, yakni awal, tengah, sampai akhir. Melansir NIH, berikut beberapa gejala tersebut:

  • Mudah lupa dan bingung
  • Kesulitan bicara, tidak mampun memahami omongan orang lain, tidak mampu mengungkapkan pikiran
  • Tersesat atau lupa arah
  • Tidak mampu menghitung
  • Sering mengulang-ulang pertanyaan yang sama
  • Tidak bisa merawat diri sendiri
  • Mudah marah dan tidak memedulikan perasaan orang lain
  • Sulit berdiri dan berjalan karena gangguan keseimbangan

Baca juga: 6 Gejala Awal Demensia pada Lansia

Pada 2020, para ahli meneliti faktor risiko demensia yang diterbitkan dalam jurnal berjudul Dementia prevention, intervention, and care: 2020 report of the Lancet Commission.

Penelitian tersebut mengidentifikasi ada 12 faktor risiko demensia, yang lima di antaranya bisa dicegah dengan cara yang sederhana.

5 Faktor risiko demensia dan cara pencegahannya 

Gangguan pendengaran

Penelitian terbaru menunjukkan, orang yang mengalami gangguan pendengaran sejak usia 45 tahun ke atas, punya risiko demensia lebih besar di kemudian hari.

Seseorang yang kesulitan mendengar, otomatis akan susah memahami situasi sehingga daya pikir dan ingatan pun semakin menurun.

Tak hanya itu, gangguan pendengaran juga berkaitan dengan berkurangnya kemampuan dalam bersosial hingga memicu depresi.

Cara mencegah gangguan pendengaran adalah melakukan pemeriksakan rutin pada telinga, saraf-saraf, dan otak sejak dini. Anda juga harus melindungi telinga saat berada di lingkungan yang bising.

Kemudian, jangan abaikan gangguan pendengaran. Anda harus mendapat penanganan tepat berupa obat-obatan serta alat bantu dengar.

Baca juga: Beda Gejala Demensia dan Alzheimer, Serupa tapi Tak Sama

Alkohol

Alkohol dapat berisiko membuat seseorang mengalami demensia. Membatasi konsumsi alkohol adalah langkah terbaik untuk menjaga kesehatan otak manusia.

Pada usia paruh baya, minum alkohol lebih dari 3 botol per hari akan meningkatkan risiko demensia.

Satu-satunya cara pencegahan yaitu dengan membatasi konsumsi minuman beralkohol atau berhenti total.

Obesitas

Kegemukan dan obesitas pada usia paruh baya dapat meningkatkan risiko semua jenis demensia, AD (penyakit Alzheimer), dan VaD (demensia vaskular).

Obesitas dapat membuat volume otak menyusut atau membuat otak lebih tua dari usia sebenarnya.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau