KOMPAS.com - Demensia merupakan istilah umum untuk gejala dari beberapa kondisi atau gangguan otak yang memengaruhi memori, komunikasi, dan pemikiran.
Meskipun risiko mengalami kondisi ini meningkat seiring bertambahnya usia, demensia bukanlah kondisi normal pada penuaan.
Baca juga: 10 Tanda Awal Demensia yang Harus Diwaspadai
Penyebab
Melansir Healthline, penyebab kondisi ini dapat dibedakan berdasarkan tipe umum demensia, meliputi:
- Penyakit Parkinson
- Penyakit Alzheimer, disebabkan oleh kematian progresif sel-sel otak dan neuron
- Vascular dementia, disebabkan oleh berkurangnya aliran darah di otak
- Lewy body dementia, deposit protein dalam sel saraf yang menyebabkan kehilangan memori
- Frontotemporal dementia, dipengaruhi oleh perubahan di bagian depan dan samping otak.
Selain itu, terdapat beberapa faktor dan kondisi lain yang juga dapat menyebabkan demensia meliputi:
- Cedera kepala
- Menderita stroke atau tumor otak
- Penggunaan beberapa obat tertentu
- Infeksi, seperti HIV atau neurosifilis
- Depresi
- Kekurangan vitamin B12 atau E
- Masalah tiroid.
Gejala
Perlu diketahui bahwa gejala yang muncul akan bergantung dengan tipe demensia yang dimiliki, seperti:
Baca juga: Beda Gejala Demensia dan Alzheimer, Serupa tapi Tak Sama
Tahap awal
- Menjadi lebih pelupa
- Kehilangan jejak waktu
- Merasa tersesat di lokasi yang sudah dikenali.
Tahap tengah
- Lupa nama dan kejadian terkini
- Merasa tersesat saat di rumah
- Kesulitan berkomunikasi
- Perubahan perilaku
- Berulang kali mengajukan pertanyaan
- Membutuhkan bantuan dengan perawatan pribadi.
Tahap akhir
Pada tahap ini, seseorang membutuhkan bantuan penuh waktu, karena dampak dari gejala biasanya menjadi lebih parah.
- Tidak menyadari di mana mereka berada
- Tidak menyadari waktu
- Mengalami kesulitan mengenali orang yang dicintai
- Merasa sulit untuk berjalan
- Mengalami perubahan perilaku.
Namun, berdasarkan Medical News Today, berikut gejala umum demensia yang cenderung akan menjadi lebih parah dari waktu ke waktu, yaitu:
Baca juga: Sering Berpikir Negatif Tingkatkan Risiko Demensia, Kok Bisa?
- Masalah memori
- Menanyakan pertanyaan yang sama berulang kali
- Kesulitan menemukan atau memahami kata-kata
- Merasa bingung di lingkungan yang tidak dikenal
- Kesulitan dengan masalah yang berurusan dengan uang dan angka
- Kecemasan
- Kesulitan merencanakan dan melaksanakan tugas
- Perubahan suasana hati, kepribadian, dan perilaku
- Gangguan tidur
- Kecenderungan obsesif.
Diagnosis
Menurut Healthline, diagnosis demensia dapat dilakukan dengan menggunakan serangkaian tes berikut:
- Pemeriksaan riwayat keluarga dan medis yang menyeluruh
- Tinjauan gejala, termasuk perubahan memori, perilaku, dan fungsi otak
- Pemeriksaan fisik dan laboratorium
- Tes darah atau CT scan otak
- Tes demensia kognitif
- Tes Mini-Cog
- Pemeriksaan keadaan mental mini, mendiagnosis demensia akibat penyakit Alzheimer.
Perawatan
Mengutip Healthline, terdapat dua perawatan utama yang digunakan untuk meringankan gejala demensia, yaitu:
Baca juga: Alzheimer
Obat-obatan
- Inhibitor kolinesterase, membantu membentuk ingatan, meningkatkan penilaian, dan menunda gejala agar tidak memburuk
- Memantin, membantu menunda timbulnya gejala kognitif dan perilaku
Terapi non-obat
Membantu mengurangi gejala demensia dan meringankan beberapa komplikasi penyakit yang dapat ditangani.
- Memodifikasi lingkungan agar terhindar dari kebisingan, dan stimulasi berlebihan yang dapat mengurangi fokus
- Memodifikasi tugas-tugas umum
- Membantu penderita belajar dengan tugas-tugas termasuk berjalan kaki atau memasak.
Pencegahan
Melansir Medical News Today, meskipun sulit untuk dicegah, WHO menyarankan langkah-langkah berikut untuk menurunkan risiko demensia, antara lain:
- Berolahraga secara teratur
- Menghindari merokok
- Membatasi konsumsi alkohol
- Mempertahankan berat badan yang ideal dan sehat
- Menerapkan pola makan yang sehat dan bergizi
- Mencari pengobatan untuk kondisi seperti tekanan darah, kolesterol, dan kadar gula darah yang tinggi
- Mengenakan pelindung selama aktivitas tertentu untuk menurunkan risiko cedera kepala berulang, yang menjadi faktor risiko demensia.
Baca juga: Anda Susah Tidur? Segera Atasi Agar Bebas Penyakit Alzheimer
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.