Dilansir dari Baby Center, penelitian menunjukkan risiko keguguran melonjak jika Anda menderita penyakit yang berkaitan dengan infeksi, seperi listeria, gondok, rubella, campak, gonore, hingga HIV.
Baca juga: Setelah Keguguran, Kapan Bisa Hamil Lagi?
Kebiasaan buruk seperti merokok dan minum alkohol sebelum dan selama kehamilan juga meningkatkan risiko keguguran pada bumil.
Selain itu, konsumsi jangka panjang obat-obatan bebas dan resep, termasuk obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) seperti ibuprofen dan aspirin rupanya juga memicu keguguran.
Risiko keguguran juga bisa disebabkan oleh pengambilan sampel chorionic villus dan amniosentesis untuk pengujian genetik.
Perlu diketahui, pengambilan sampel chorionic villus adalah metode untuk mendiagnosis penyakit dan kelainan genetik dan kromosom pada janin.
Keguguran pada ibu hamil tidak selalu disebabkan oleh faktor kesehatan ibu. Keguguran juga bisa disebabkan karena penyakit penyerta yang diidap ayah (komorbiditas paternal).
Beberapa penyakit dari ayah yang bisa membahayakan calon buah hati ialah diabetes, obesitas, hipertensi atau tekanan darah tinggi, dan kadar kolesterol tinggi.
Penyakit yang diderita calon ayah dan gaya hidup buruk seperti kebiasaan merokok, konsumsi alkohol berpengaruh pada susunan dan ekspresi genetik sperma. Kondisi tersebut dapat memengaruhi fungsi plasenta.
Beberapa penelitian juga menemukan risiko keguguran yang lebih besar ketika sang ayah terpapar merkuri, timbal, dan beberapa bahan kimia industri dan pestisida.
Baca juga: 7 Tips Program Hamil Setelah Keguguran
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.