ADA sebuah postingan dalam aplikasi helo yang menceritakan tentang penderitaan seorang anak.
Anak tersebut harus mengalami cuci darah di usianya yang baru 10 tahun. Anak tersebut memiliki kebiasaan buruk minum sari buah bubuk.
Kita tahu minuman sari buah instan tersebut isinya yang terutama adalah gula. Selebihnya hanya berbagai bahan kimia pemberi rasa dan aroma. Dan masih banyak jajanan anak lainnya yang isinya serupa.
Dengan kondisi tersebut tidak heran jika si anak akan mengalami kondisi hiperglikemi atau kelebihan gula darah.
Kondisi ini dapat mengakibatkan berbagai gangguan. Baik secara akut maupun kronis.
Secara kronis anak ini tentu akan jatuh dalam kondisi diabetes dengan berbagai komplikasinya. Secara akut, akan dapat terjadi gangguan sirkulasi seperti yang di alami anak ini.
Kondisi hiperglikemi akibat terlalu banyak konsumsi gula akan direspons tubuh sebagai berikut.
Kondisi hiperglikemik akan meningkatkan tekanan osmotik darah. Akibatnya akan terjadi perpindahan cairan dari jaringan ke pembuluh darah.
Peningkatan cairan akan meningkatkan laju aliran darah ke ginjal hingga terjadi pembentukan urin yang cepat dan banyak.
Pembentukan urin akan mengakibatkan volume darah berkurang dengan cepat. Kondisi ini akan merangsang pelepasan anti diuretik hormon (vasopresin).
Vasopresin akan dengan cepat menyempitkan pembuluh darah ke ginjal hingga aliran darah berkurang.
Jika tekanan osmotik tidak berkurang akibat masih tingginya asupan glukosa, maka penyempitan akan semakin kuat dan mengakibatkan alirah darah ke ginjal terhenti sama sekali. Akibatnya urin tidak terbentuk tekanan darah meningkat.
Akibat aliran darah terhenti, zat-zat beracun lain juga tidak dapat dikeluarkan. Kondisi semakin diperparah jika juga terjadi gangguan pelepasan insulin. Kondisi ini disebut sebagai gagal ginjal.
Gagal ginjal adalah kondisi darurat yang memerlukan penanganan segera. Kondisi ini dapat pulih kembali dan disebut gagal ginjal akut. Sedangkan jika menetap disebut gagal ginjal kronis.
Secara autofagi, penanganannya tentu saja harus menurunkan tekanan osmotik darah. Banyak cara yang dapat dilakukan. Yang utama adalah hentikan asupan glukosa.
Selanjutnya tergantung dari derajat berat ringannya gagal ginjal tersebut. Apakah harus dilakukan hemodialisa (cuci darah) segera. Ataukah cukup dengan pemberian cairan dan diuretik. Intinya adalah untuk menghentikan pelepasan vasopresin.
Apabila kadar glukosa darah sudah turun, namun tetap terjadi peningkatan tekanan darah, maka sangat mungkin juga disertai hiponatremi sebelumnya.
Kondisi hiponatremi akan merangsang pelepasan hormon aldosteron. Tapi biasanya urin sudah dapat terbentuk.
Kondisi ini harus dikoreksi dengan cairan isotonik. Sebab kehilangan cairan yang banyak sebagai akibat usaha aldosteron meningkatkan kadar natrium darah dapat merangsang pelepasan kembali vasopresin. Akibatnya tekanan darah semakin naik, gagal ginjal terulang kembali.
Perlunya koreksi cairan dan penghentian asupan glukosa sangat penting pada kondisi gagal ginjal. Jadi jangan karena suka minuman yang manis, sahabat jatuh dalam kondisi gagal ginjal.
Salam, mudah-mudahan menjadi inspirasi hidup sehat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.