Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dikdik Kodarusman
Dokter RSUD Majalengka

Dokter, peminat kajian autofagi. Saat ini bekerja di RSUD Majalengka, Jawa Barat

Diabetes adalah Sisi Buruk Autofagi

Kompas.com - 12/08/2022, 17:57 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Hal ini tentu saja fatal. Apalagi konsep pengobatan pun akhirnya hanya berusaha untuk mengendalikan kadar gula darah semata.

Tidak pernah dicari hal-hal yang memicu terjadinya glukoneogenesis berlebih. Proses autofagi tak terkendali.

Juga tidak pernah dikaji masalah apa yang ditimbulkan akibat kenaikan gula darah tersebut. Sehingga sulit melihat hubungan terjadinya berbagai komplikasi diabetes dengan proses penyakitnya.

Akhirnya penanganan berkesan menebak-nebak. Hanya sekadar menunda proses katastropik. Padahal masalah yang timbul akibat diabetes bukan dari kenaikan gula darah.

Masalah yang muncul pada diabetes adalah gangguan keseimbangan cairan. Gangguan yang memicu mekanisme kompensasi berbagai organ lainnya.

Karena tidak pernah mengaitkan proses penyakit dengan mekanisme autofagi. Akibatnya, pemberian insulin menjadi pilihan.

Padahal insulin bersifat antagonis dengan glukagon. Akibatnya proses autofagi tidak pernah tuntas. Regenerasi sel yang diharapkan menjadi tujuan tidak tercapai.

Pahami diabetes sebagai bagian dari proses autofagi. Maka penyakit ini akan berakhir. Bahkan berakhir bahagia berupa regenerasi sel.

Jika tidak, maka inilah sisi buruk autofagi yang tidak pernah dipahami. Sisi buruk yang semakin memperburuk kondisi kesehatan seseorang.

Salam, semoga menjadi inspirasi sehat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com