KOMPAS.com - Begadang sepanjang malam untuk menyelesaikan pekerjaan atau merawat bayi yang baru lahir sering membuat sebagian orang kekurangan waktu tidur.
Sesekali begadang mungkin tidak memberi dampak besar bagi kesehatan. Namun, jika Anda menjadikan begadang sebagai kebiasaan, ini dapat berakibat buruk bagi kesehatan.
Selama tidur, tubuh mengeluarkan hormon yang membantu mengontrol nafsu makan, metabolisme, dan pemrosesan glukosa.
Baca juga: Bagaimana Seks Meningkatkan Kualitas Tidur?
Sementara itu, kurang tidur menyebabkan peningkatan produksi kortisol tubuh atau yang dikenal sebagai hormon stres.
Kebiasaan begadang atau kurang tidur juga membuat tubuh hanya sedikit melepaskan insulin setelah makan.
Menurunnya pelepasan insulin disertai peningkatan kortisol dapat menyebabkan terlalu banyak glukosa dalam aliran darah dan dengan demikian meningkatkan risiko diabetes tipe 2.
Selain diabetes tipe 2, kuang tidur kronis dapat mengakibatkan seseorang mengalami peningkatan risiko kondisi medis yang serius, seperti obesitas dan penyakit jantung.
Agar lebih jelas, berikut akan dipaparkan hal yang terjadi apabila Anda keseringan begadang atau tidak memperhatikan waktu tidur.
Setelah 24 jam atau seharian tak bisa tertidur, tubuh akan melepaskan hormon stres, terutama kortisol dan adrenalin. Dua hormon ini untuk mengimbangi kelelahan yang kita lawan dan membantu organ tubuh agar tetap berfungsi.
Namun, efektivitas hormon kortisol dan adrenalin tidak akan bertahan lama. Anda akan mengalami gangguan kognitif dan memori.
Dilansir dari Cleveland Clinic, hal itu ditunjukkan dengan menurunnya kemampuan gerak dan bicara, serta terlambat berpikir.
Selain itu, tidak tidur seharian menyebabkan Anda cenderung emosional, mengalami penurunan fokus, serta gangguan pendengaran.
Baca juga: Awas, Tidur Siang Terlalu Lama Bisa Tingkatkan Risiko Diabetes
Dokter Michelle Drerup, psikolog di Cleveland Clinic menyatakan kepada Everyday Health, tidak tidur selama 2 hari disebut dengan kurang tidur yang ekstrem.
Kondisi ini dapat menyebabkan seseorang mengalami microsleep atau sesi tidur singkat yang hanya berlangsung kurang dari 30 detik.
Saking singkatnya, sejumlah orang yang mengalami microsleep kerap tidak menyadarinya. Microsleep sangat berbahaya apabila Anda sedang berkendara. Ya, kondisi ini dapat memicu kecelakaan lalu lintas.
Selain microsleep, beberapa orang mungkin mengalami halusinasi berupa melihat atau mendengar hal-hal yang sebenarnya tidak nyata.
Menurut sebuah penelitian, sistem kekebalan tubuh juga akan terganggu apabila Anda tidak tidur selama 2 hari.
Diketahui, sebanyak 16 partisipan diminta untuk tetap terjaga selama 48 jam. Penelitian menunjukkan, bahwa sel pembunuh alami menurun 37 persen pada 16 partisipan yang tidak tidur selama 2 hari.
Padahal, sel pembunuh alami memainkan peran kunci dalam melawan virus dan pembentukan tumor.
Baca juga: Rekomendasi Waktu Tidur yang Baik Demi Jaga Kesehatan Jantung
Orang yang terjaga atau tidak tidur selama tiga hari akan mengalami peningkatan detak jantung, suasana hati yang negatif, dan emosi positif yang rendah.
"Orang yang tidak tidur selama tiga hari akan merasa sangat sengsara," tutur John Cline, PhD dari American Academy of Sleep Medicine kepada Everyday Health.
"Itu karena otak mereka berjuang melawan keinginan untuk menutup diri. kondisi ini menyebabkan keadaan emosional yang sangat rapuh," imbuhnya.
Risiko microsleep pada orang yang tidak tidur selama 3 hari juga lebih besar. Ditambah dengan halusinasi, delusi, serta paranoia.
Menurut Kementerian Kesehatan RI, berikut rekomendasi durasi tidur yang baik untuk menjaga kesehatan:
Baca juga: 8 Cara Alami Turunkan Berat Badan: Konsumsi Protein hingga Tidur Cukup
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.