Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

7 Obat-obatan yang Harus Dihindari Ibu Hamil

Kompas.com - 14/10/2022, 18:00 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Untuk bu hamil pereda nyeri yang direkomendasikan adalah Acetaminophen (Tylenol), karena memiliki efek samping yang lebih sedikit.

Baca juga: Obat-obatan Penyebab Anemia Hemolitik yang Perlu Diketahui

3. Obat anti-depresan dan anti-kecemasan

Beberapa obat anti-depresan dan anti-kecemasan berisiko memberikan efek samping negatif bagi janin Anda.

Mengutip Healthline, obat-obatan tersebut meliputi:

  • Klonazepam (Klonopin): biasanya digunakan untuk mencegah kejang dan gangguan panik. Kadang-kadang diresepkan untuk mengobati serangan kecemasan atau panik.
  • Lorazepam (Ativan): obat umum yang digunakan untuk mengobati kecemasan atau gangguan kesehatan mental lainnya.

Kedua obat ini dapat berisiko menyebabkan gejala sindrom bayi putus obat. Ini bisa mengancam jiwa bayi setelah lahir.

Sehingga, obat jenis ini harus dihindari ibu hamil dan menggntinya dengan obat yang tidak terlalu bermasalah.

Jika seorang ibu hamil memiliki kekhawatiran tentang obat tertentu, dia harus mendiskusikan rencana untuk menghentikannya secara aman dengan dokternya sebelum dia menghentikan pengobatannya.

Baca juga: 9 Penyebab Keguguran yang Harus Diperhatikan Calon Ibu dan Ayah

4. Antibiotik

Mengutip Verywell Health, sama seperti antidepresan, semua antibiotik membawa beberapa risiko pada janin.

Kebanyakan mengakibatkan malformasi atau cacat lahir.

Umumnya, antibiotik golongan tetrasiklin harus dihindari ibu hamil, terutama jika obat tersebut akan mengobati infeksi yang juga dapat menimbulkan risiko kesehatan bagi bayi Anda.

Mengutip Healthline, ciprofloxacin (Cipro) dan levofloxacin adalah jenis antibiotik lainnya yang harus dihindari ibu hamil.

Obat-obatan ini dapat menyebabkan masalah pertumbuhan otot dan tulang bayi. Selain itu, berpotensi menyebabkan ibu hamil mengalami nyeri sendi dan kerusakan saraf.

Kedua jenis obat antibiotik ini adalah antibiotik fluorokuinolon.

Fluorokuinolon dapat meningkatkan risiko robekan atau ruptur aorta. Ini dapat mengakibatkan pendarahan yang mengancam jiwa.

Orang dengan riwayat aneurisma atau penyakit jantung berpotensi memiliki risiko lebih besar.

Menurut studi pada 2017, fluorokuinolon dapat meningkatkan kemungkinan keguguran.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau