KOMPAS.com - Kebanyakan wanita tentu merasa panik saat menemukan benjolan di area payudara. Pasalnya, benjolan di payudara dapat menandakan masalah kesehatan.
Sebagaimana diketahui, para wanita dianjurkan untuk menerapkan gerakan periksa payudara sendiri (SADARI) untuk mendeteksi benjolan, baik bersifat kanker maupun non-kanker.
Namun, jika Anda menemukan benjolan, disarankan untuk tidak langsung ketakutan atau stres. Penuaan, perubahan hormon, bisa menjadi faktor penyebab benjolan di payudara kita.
Baca juga: 7 Gejala Kanker Payudara Selain Benjolan, Pahami Sebelum Terlambat
Lantas, apa yang yang perlu dilakukan jika merasa atau menemukan benjolan di sekitar payudara?
Saat menemukan benjolan di payudara, Anda tidak perlu terburu-buru berasumsi bahwa itu disebabkan karena tumor atau kanker.
Anda bisa memeriksa kalender terlebih dahulu dan melihat apakah periode menstruasi akan segera tiba. Bagi sebagian wanita, benjolan itu bisa disebabkan karena lonjakan hormon pramenstruasi yang menyebabkan kista.
Dokter mungkin akan meminta Anda menunggu untuk melihat apakah benjolan tersebut hilang dengan sendirinya setelah menstruasi.
Namun, jika tidak berkaitan dengan pramenstruasi, Anda harus segera periksa ke dokter dan menjalani mammogram atau tes pemindaian untuk melihat gambaran kelenjar payudara dan jaringan di sekitarnya.
Selain mammogram, dokter spesialis payudara akan merasakan benjolan tersebut.
Dilansir dari Health, direktur layanan payudara medis di Klinik Cleveland menyatakan bahwa benjolan akibat tumor dan kanker bersifat keras, mirip kacang polong beku.
Selain itu menurut CDC, ada beberapa gejala lain dari kanker payudara, meliputi:
Baca juga: Lokasi dan Karakteristik Benjolan Payudara Akibat Kanker Payudara
Mammogram merupakan langkah awal yang dapat dijadikan sebagai pemeriksaan. Selanjutnya, dokter akan memberi rekomendasi berdasarkan gejala, kondisi, dan mungkin usia Anda.
Sebagai contoh, wanita di bawah 30 tahun hanya melakukan pemeriksaan mammogram. Sementara itu, jika Anda atas 30 tahun, kemungkinan lebih dianjurkan untuk melakukan USG dan mammogram yang bisa menunjukkan apakah benjolan bersifat padat dan merupakan kista.
Setelah USG, ahli radiologi atau penyedia layanan kesehatan Anda akan memberi tahu Anda apakah benjolan Anda padat atau berisi cairan.
Kista jinak biasanya berisi cairan. Dokter atau ahli radiologi kemungkinan akan mengambil cairan tersebut dengan jarum yang sangat halus.
Apabila benjolan atau kista menunjukkan massa padat, Anda akan memerlukan lebih banyak perawatan, termasuk biopsi.
Wanita yang memiliki kista juga dapat mengelola gejalanua dengan menghindari kafein, konsumsi vitamin B6, dan vitamin E.
Baca juga: Merasa Ada Benjolan di Payudara? Bisa Jadi Ini Penyebabnya
Biopsi payudara adalah prosedur medis dengan mengambil sampel jaringan payudara untuk diuji di laboratorium.
Melansir Healthline, biopsi payudara adalah cara terbaik untuk mengetahui penyebab benjolan di bagian payudara. Dengan biopsi, kita dapat mengetahui benjolan tersebut merupakan kanker, tumor jinak, atau tidak bersifat kanker.
Tindakan biopsi biasanya dilakukan setelah dokter melihat hasil dari mammogram atau USG payudara atau jika benjolan dapat ditemukan dan terlihat jelas dalam pemeriksaan fisik.
Dokter atau ahli bedah akan mengangkay sebagian atau seluruh benjolan. Setelah biopsi, wanita umumnya merasa sakit dan memar dan mungkin mendapat bekas luka atau jahitan.
Benjolan yang disebabkan oleh kanker biasanya berada di payudara kuadran luar bagian atas yang dekat dengan area ketiak.
Belum diketahui secara pasti mengapa lebih banyak benjolan kanker di area tersebut. Yang jelas, payudara kuadran luar bagian atas memiliki banyak jaringan kelenjar yang bisa menjadi tempat pertumbuhan sel kanker.
Jika Anda memiliki tumor yang sangat besar atau didiagnosis menderita kanker payudara jenis tertentu, dokter kemungkinan akan menyarankan kemoterapi.
Pengobatan kemoterapi sebagian besar diberikan melalui pembuluh darah seperti diinfus.
Obat yang diberikan untuk kemoterapi sudah melalui serangkaian pengujian untuk memastikan keamanan bagi pasien.
Ada beberapa efek samping kemoterapi yang sering ditakuti para penyintas kanker, seperti mual, muntah, rambut rontok, dan nyeri.
Namun, dokter biasanya akan meresepkan obat untuk mengurangi keluhan akibat efek samping kemoterapi.
Baca juga: 8 Penyebab Benjolan di Payudara, Tak Selalu Kanker
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.